TOKYO – Para atlet dari India dan negara-negara Asia Selatan lainnya yang terdampak parah COVID-19 mungkin mengalami kesulitan memasuki Jepang untuk mengikuti Olimpiade Tokyo musim panas ini akibat pembatasan perjalanan yang diberlakukan pemerintah Jepang.
Presiden Olimpiade Tokyo Seiko Hashimoto mengatakan kepada wartawan di Tokyo pada Jumat (14/5) bahwa pihak penyelenggara akan memberikan bantuan yang diperlukan bagi para atlet tersebut untuk memasuki negaranya, namun keputusan akhir tetaplah dibuat oleh pemerintah pusat Jepang.
“Pengawasan perbatasan dikelola oleh pemerintah pusat,” katanya.
“Dalam kerangka kerja, kami akan melakukan yang terbaik untuk mendukung masuknya para atlet yang datang dari negara-negara Asia Selatan … namun keputusan akhirnya ada di tangan pemerintah.”
Mulai Jumat, pemerintah Jepang melarang warga negara asing memasuki negaranya jika mereka baru-baru ini berada di India, Nepal, atau Pakistan dalam kurun waktu 14 hari sebelum kedatangannya.
India, negara paling terdampak parah COVID-19 di dunia saat ini, melaporkan 343.144 kasus terkonfirmasi baru COVID-19 dalam 24 jam terakhir pada Jumat, menurut Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India. Sementara itu, korban meninggal akibat virus tersebut di India meningkat menjadi 262.317, setelah 4.000 lebih kematian baru dikonfirmasi sejak Kamis (13/5) pagi.
Jepang mengalami gelombang keempat infeksi COVID-19 sejak April, yang memaksa Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga untuk memperluas status darurat ke tiga prefektur lainnya pada Jumat.
Menurut jajak pendapat baru-baru ini, sebanyak 59 persen warga Jepang menginginkan Olimpiade dibatalkan.
Sebuah kampanye petisi daring berjudul “Hentikan Olimpiade Tokyo” telah mengumpulkan lebih dari 350.000 tanda tangan, dan telah diserahkan kepada pihak penyelenggara Olimpiade dan Komite Olimpiade Internasional.
Menanggapi petisi tersebut, Hashimoto mengatakan, “Saya menyadari situasinya. Saya mendengar suara mereka. Kita memang perlu menangani situasi ini dengan sangat serius.”
Dia menambahkan, “Jika kami tidak dapat menjamin kesehatan dan keselamatan publik Jepang, kami tidak akan berada dalam posisi untuk menyelenggarakan Olimpiade. Kami juga akan menjamin keamanan pengunjung internasional ke Jepang.”
“Kami perlu mengambil sejumlah tindakan tegas yang dapat membantu mengatasi kekhawatiran masyarakat umum.”
Hashimoto menambahkan bahwa media internasional yang meliput Olimpiade akan “dibatasi” selama mereka berada di Jepang dan mengikuti aturan yang ditetapkan dalam buku ketentuan.
Para atlet dan anggota tim akan terus ditempatkan dalam “bubble” dan dijauhkan dari publik, namun personel media akan dapat bergerak bebas dalam beberapa hari setelah kedatangan mereka.
Hashimoto mengatakan bahwa dia “menghadapi situasi yang sangat menantang” untuk memutuskan pembatasan apa yang harus diberlakukan pada media dan bagaimana mengontrol pergerakan mereka.
“Kami sedang menggelar diskusi internal yang terus berlanjut dan alot tentang apa yang harus kami lakukan,” katanya. [Xinhua]