ASUNCION – Konfederasi Sepak Bola Amerika Selatan (CONMEBOL) pada Kamis (20/5) menyatakan bahwa Kolombia tidak lagi menjadi salah satu tuan rumah Copa America tahun ini akibat terjadinya kerusuhan sipil dan meningkatnya jumlah kasus virus corona.
Turnamen yang sedianya diselenggarakan bersama oleh Kolombia dan Argentina akan dimulai pada 13 Juni setelah ditunda satu tahun akibat pandemi.
Kolombia dijadwalkan akan menggelar laga di empat kota, dan pertandingan babak final direncanakan dihelat di Estadio Metropolitano di Barranquilla pada 10 Juli mendatang.
“CONMEBOL menjamin penyelenggaraan Copa America 2021 dan dalam beberapa hari mendatang akan menginformasikan lokasi pertandingan baru yang sedianya dilaksanakan di Kolombia,” kata entitas itu dalam pernyataannya.
Pengumuman itu disampaikan hanya beberapa jam setelah Menteri Olahraga Kolombia Ernesto Lucena meminta CONMEBOL menunda gelaran turnamen itu hingga aturan pembatasan virus corona setempat dilonggarkan agar penggemar dapat menonton langsung di stadion.
CONMEBOL mengatakan bahwa penjadwalan ulang gelaran kompetisi itu mustahil dilakukan karena ketatnya kalender sepak bola global.
Presiden Argentina Alberto Fernandez pada pekan ini menawarkan untuk menggelar seluruh laga Copa America andai Kolombia tidak lagi menjadi salah satu tuan rumah.
Saat ini, Kolombia bergulat dengan gelombang ketiga penularan COVID-19 yang berkepanjangan dan banyak kota menerapkan aturan jam malam yang ketat. Sementara itu, pertemuan massa berskala besar masih dilarang.
Kementerian Kesehatan Kolombia melaporkan lebih dari 3 juta kasus terkonfirmasi COVID-19 dengan 83.000 lebih kematian di seantero negeri.
Selain pandemi, negara di Pegunungan Andes itu sedang dilanda unjuk rasa kekerasan antipemerintah yang menewaskan sedikitnya 42 orang sejak 28 April, menurut Kantor Jaksa Agung Kolombia.
Lembaga negara tersebut menyatakan pihaknya juga tengah menyelidiki hilangnya 134 orang dalam aksi-aksi unjuk rasa itu, yang berlanjut pada Kamis.
Dua laga Copa Libertadores di Cali dan Barranquilla pekan lalu diwarnai oleh pemandangan para pemain dan ofisial yang kepayahan menghilangkan efek gas air mata yang digunakan oleh aparat kepolisian untuk membubarkan pengunjuk rasa. [Xinhua]