CANBERRA – Para dokter memperingatkan bahwa peluncuran vaksin virus corona di Australia diperlambat oleh kekhawatiran terkait pembekuan darah (blood clotting) pada warga berusia 50 tahun ke atas.
Royal Australian College of General Practitioners (RACGP) melaporkan proporsi kelompok warga berusia 50-70 tahun yang tidak ingin menerima vaksin COVID-19 AstraZeneca-Oxford terbilang signifikan.
Pemerintah federal pada April menyampaikan bahwa warga berusia 50 tahun ke atas akan diberikan vaksin AstraZeneca berdasarkan saran regulator medis setelah vaksin itu dikaitkan dengan kemunculan gangguan pembekuan darah langka pada penerima vaksin.
Namun, Presiden RACGP Karen Price menyebut banyak pasien dalam kelompok usia tersebut menunda inokulasi dengan harapan mereka akan menerima vaksin buatan Pfizer atau Moderna, yang juga diperoleh pemerintah setelahnya.
“Pada dasarnya di setiap konsultasi, terdapat semacam keraguan dan diskusi terkait vaksin,” tuturnya kepada News Corp Australia pada Senin (17/5).
“Beberapa orang bersikeras akan menunggu. Bahkan, meski saya menunjukkan infografik, mereka tetap bersikeras untuk menunggu. Sayangnya, mereka meyakini ada vaksin yang lebih unggul.”
“Semua pembicaraan tentang statistik yang menyebut bahwa pembekuan darah sangat langka terjadi tidak akan mengubah pendirian sebagian orang karena mereka takut bakal menjadi korban.”
Peringatan itu dilontarkan saat peluncuran vaksin, yang terganggu masalah pasokan, semakin dihujani kritik.
Hingga Selasa (18/5) sore, sebanyak 3,18 juta vaksin COVID-19 telah diberikan di Australia.
Pada Senin, Royal Commission into Violence, Abuse, Neglect and Exploitation of People with Disability Australia mendengar bahwa peluncuran vaksin di sektor tersebut telah menjadi “kegagalan yang memalukan.”
Kate Eastman, penasihat senior yang membantu penyelidikan penting itu, mengatakan kepada para komisioner bahwa hingga 6 Mei, hanya 4 persen penyandang disabilitas penghuni rumah perawatan yang telah divaksin. [Xinhua]