ISLAMABAD – Pakistan melaporkan 157 kematian akibat COVID-19 dalam kurun 24 jam terakhir, angka kematian harian tertinggi sejak pandemi merebak di negara itu akhir Februari tahun lalu, menurut statistik yang dirilis Pusat Operasi dan Komando Nasional (National Command and Operation Center/NCOC) Pakistan.
Sebanyak 790.016 kasus COVID-19 terdeteksi di negara itu sejauh ini, dengan 16.999 di antaranya meninggal dan 686.488 lainnya dinyatakan sembuh, lanjut NCOC.
Menteri Informasi dan Penyiaran Pakistan Fawad Chaudhry pada Sabtu (24/4) malam waktu setempat mengatakan kepada media bahwa puncak penularan penyakit itu disebabkan oleh kelalaian masyarakat.
Dia mengatakan 80 persen masyarakat tidak mematuhi pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah dan para pemimpin tidak mempunyai pilihan selain memberlakukan karantina wilayah (lockdown) di kota-kota besar.
“Jika kasus COVID-19 terus meningkat pekan depan, kita harus mengesampingkan kekhawatiran finansial dan kerugian ekonomi, dan harus menerapkan lockdown demi menyelamatkan nyawa masyarakat,” katanya.
Tentara Pakistan mengemban tugas untuk memastikan kepatuhan terhadap prosedur operasional standar (standard operating procedures/SOP) yang ditetapkan oleh pemerintah, serta akan membantu pemerintah provinsi dalam beberapa hari mendatang, papar NCOC.
Dalam pertemuan pada Sabtu, anggota NCOC membahas perihal usulan lockdown di kota-kota dengan prevalensi penyakit yang tinggi.
“Keputusan terkait lockdown akan diambil setelah digelarnya pembahasan khusus seluruh pemangku kepentingan. Tujuan lockdown adalah untuk membendung penyebaran penyakit melalui penerapan SOP,” papar pernyataan NCOC..
Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pakistan Shibli Faraz pada Sabtu malam waktu setempat menuturkan bahwa saat ini pasokan oksigen di negara itu mencukupi untuk rumah sakit. Namun, jika sektor kesehatan menghadapi kekurangan oksigen, mereka akan menangguhkan pasokannya ke sektor industri demi memenuhi kebutuhan rumah sakit.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Islamabad. (XHTV)