Foto yang diabadikan pada 1 Januari 2022 ini menunjukkan kantor pusat Bank Sentral Eropa berselimutkan lampu beraneka warna untuk merayakan ulang tahun uang kertas dan koin Euro ke-20 di Frankfurt, Jerman. (Xinhua/Lu Yang)
Kenaikan signifikan pada inflasi pangan sejak pertengahan 2021 terutama disebabkan oleh kenaikan harga energi dan komoditas pangan internasional, yang diperburuk oleh krisis Ukraina, kata bank tersebut.
FRANKFURT, 21 Juni (Xinhua) — Inflasi pangan di zona euro kemungkinan akan tetap tinggi akibat krisis Rusia-Ukraina dan lonjakan harga komoditas global, menurut laporan bulanan Bank Sentral Eropa (European Central Bank’s/ECB) di Economic Bulletin yang diterbitkan pada Selasa (21/6).
Kenaikan signifikan pada inflasi pangan sejak pertengahan 2021 terutama disebabkan oleh kenaikan harga energi dan komoditas pangan internasional, yang diperburuk oleh krisis Ukraina, kata bank tersebut.
Seorang pria duduk di depan kedai makanan yang menjual kue pai di Msida, Malta, pada 29 April 2022. (Xinhua/Chen Wenxian)
Dampak yang kuat dari krisis ini terhadap zona euro diuraikan dengan kutipan “dampak langsungnya pada kapasitas ekspor dan produksi di Ukraina serta oleh restriksi perdagangan dan meningkatnya ketidakpastian di Ukraina, Rusia, maupun Belarus,” sebut laporan itu.
Negara-negara zona euro mengimpor berbagai komoditas pangan, seperti jagung, biji-bijian penghasil minyak, gandum, dan gula, terutama dari wilayah-wilayah yang terdampak krisis, khususnya Ukraina. ECB mengatakan pihaknya khawatir bahwa akses ke komoditas pangan tersebut saat ini dan selanjutnya akan terimbas negatif untuk jangka waktu yang lebih lama.
Foto yang diabadikan pada 1 Juni 2022 ini menunjukkan patung logo Euro di Frankfurt, Jerman. (Xinhua/Lu Yang)
Selain itu, zona euro “mengimpor lebih dari seperempat pupuknya dari wilayah-wilayah yang terdampak, yang sulit untuk digantikan dari sumber lainnya.”
“Perbedaan dalam Harmonized Index of Consumer Prices (HICP) akibat inflasi pangan di antara negara-negara zona euro dapat semakin melebar ke depannya,” karena perekonomian-perekonomian kecil yang terbuka lebih terdampak oleh fluktuasi di pasar komoditas internasional, papar laporan tersebut. [Xinhua]