KUNMING – Jalur Kereta China-Laos, sebuah proyek penting dari kerja sama Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra yang berkualitas tinggi, mulai beroperasi pada Jumat (3/12).
Xi Jinping, Presiden China sekaligus Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC), dan Thongloun Sisoulith, Presiden Laos sekaligus Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Revolusioner Rakyat Laos, menyaksikan bersama pembukaan jalur kereta itu via tautan video.
Jalur kereta penumpang dan kargo bertenaga listrik itu memiliki panjang 1.035 kilometer (km), termasuk 422 km di Laos, yang membentang dari Kota Kunming di Provinsi Yunnan, China barat daya, hingga Vientiane, ibu kota Laos.
Sebagai proyek kolaborasi antara Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra dan strategi Laos untuk bertransformasi dari negara yang terkurung daratan menjadi sebuah pusat yang terhubung daratan, jalur kereta itu akan memangkas waktu perjalanan antara Kunming dan Vientiane menjadi sekitar 10 jam.
Kereta-kereta peluru yang elegan akan melaju dengan kecepatan 160 km per jam, melewati pegunungan dan lembah.
Pada Jumat sore, kereta penumpang masing-masing meninggalkan stasiun Kunming dan Vientiane pada waktu yang sama.
Jalur Kereta China-Laos melintasi sejumlah daerah yang kaya akan satwa liar, termasuk gajah Asia liar. Para pengembang menghindari area lingkungan yang sensitif, membangun jembatan, dan mendirikan pagar pelindung untuk meminimalkan dampak proyek itu terhadap lingkungan.
Pembangunan Jalur Kereta China-Laos seksi Laos dimulai pada Desember 2016, sementara konstruksi seksi China, yang menghubungkan Yuxi dan kota perbatasan Mohan, dimulai pada Desember 2015.
Total 167 terowongan dan 301 jembatan dibangun di sepanjang seksi-seksi baru yang membentang lebih dari 900 km itu, setelah pihak pembangun mengatasi banyak kesulitan teknis.
Jalur kereta itu berpotensi meningkatkan pendapatan agregat di Laos hingga 21 persen dalam jangka panjang, kata Bank Dunia dalam sebuah laporan pada tahun lalu.
Seksi yang menghubungkan Vientiane dan Boten (di wilayah perbatasan utara dengan China) dapat menyediakan jalur penghubung darat ke rantai pasokan global dan regional bagi Laos, yang berpotensi membuat negara Asia Tenggara tersebut lebih menarik di mata investor, menciptakan lapangan pekerjaan baru, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi, menurut laporan itu.
Banyak pengekspor akan beralih ke jalur kereta itu dari transportasi darat, dan biaya transportasi melintasi Laos dapat dipangkas 30 hingga 40 persen, tutur Valy Vetsaphong, Wakil Presiden Kamar Dagang dan Industri Nasional Laos.
Sebagai bagian penting dari jaringan kereta trans-Asia, jalur kereta itu akan berperan sebagai “kunci emas” bagi Laos untuk terhubung dengan China dan negara-negara anggota ASEAN lainnya termasuk Thailand dan Malaysia, ujar Xiao Qianwen, Manajer Eksekutif Laos-China Railway Co., Ltd., sebuah perusahaan joint venture yang berbasis di Vientiane.
Jalur kereta itu akan memberikan dampak positif terhadap kerja sama ekonomi di Kawasan Perdagangan Bebas China-ASEAN dan Subkawasan Mekong Raya, imbuh Xiao.
Bagi Sida Phengphongsawanh (22), seorang pegawai dari Laos, proyek jalur kereta itu akan menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi negaranya.
“Secara pribadi, jalur kereta itu telah memberi saya pekerjaan yang stabil. Di tingkat nasional, jalur kereta itu dapat mendorong pembangunan Laos secara multilevel dan menyeluruh,” kata Sida. [Xinhua]