WASHINGTON – Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell pada Senin (3/5) mengatakan bahwa ekonomi AS “belum keluar dari masalah,” terutama dengan lebih lambatnya pemulihan pada pekerja berupah rendah dan minoritas.
“Meski pemulihan mulai menguat, hal tersebut masih terasa lebih lambat bagi mereka yang memiliki pekerjaan bergaji rendah,” kata Powell di sebuah acara virtual yang disponsori oleh Koalisi Reinvestasi Masyarakat Nasional (National Community Reinvestment Coalition).
“Hampir 20 persen pekerja yang berada pada kuartil pendapatan terendah pada Februari 2020 tidak dipekerjakan setahun kemudian, dibandingkan dengan 6 persen pekerja pada kuartil tertinggi,” katanya.
Survei terbaru The Fed tentang Pengambilan Keputusan Ekonomi Rumah Tangga (Survey of Household Economic Decisionmaking/SHED), yang akan dirilis pada akhir bulan ini, menunjukkan bahwa, “pada orang dewasa usia prima tanpa gelar sarjana, 20 persennya mengalami PHK pada 2020, sementara pekerja berpendidikan tinggi jumlahnya 12 persen,” kata Powell.
“Dan lebih dari 20 persen pekerja usia prima kulit hitam dan Hispanik di-PHK dibandingkan dengan 14 persen pekerja kulit putih pada periode yang sama,” imbuhnya.
Sementara itu, partisipasi angkatan kerja menurun sekitar 4 poin persentase untuk wanita kulit hitam dan Hispanik dibandingkan dengan 1,6 poin persentase untuk wanita kulit putih, dan sekitar 2 poin persentase untuk pria secara keseluruhan, menurut Powell.
“Penurunan ekonomi belum merata di semua warga Amerika, dan mereka yang paling tidak mampu menanggung beban adalah yang paling terdampak,” katanya.
Powell menyatakan bahwa The Fed berfokus pada “disparitas jangka panjang” ini karena mereka membebani kapasitas produktif ekonomi AS.
“Mencapai kemakmuran bersama secara luas akan butuh upaya dari seluruh masyarakat, mulai dari fiskal dan kebijakan pemerintah lainnya hingga inisiatif sektor swasta sampai pekerjaan yang dilakukan semua orang di sini. The Fed juga dapat berkontribusi,” katanya.
The Fed berjanji akan mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di level terendah sepanjang masa, yaitu hampir nol, sembari meneruskan program pembelian aset setidaknya dengan laju saat ini, yaitu sebesar 120 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.467) per bulan, sampai pemulihan ekonomi menghasilkan “kemajuan lebih lanjut yang substansial.”
Pada konferensi pers pekan lalu, Powell mengatakan kepada wartawan bahwa “belum saatnya” untuk mulai berbicara tentang pengurangan program pembelian aset bank sentral karena pemulihan ekonomi AS “masih belum merata dan jauh dari kata selesai.” [Xinhua]