Qu Dongyu, Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian PBB yang berbasis di Roma menyampaikan pidato di acara pra-KTT sistem pangan PBB di Roma, Italia, pada 28 Juli 2021. (Xinhua/FAO/Giuseppe Carotenuto)
“Kita perlu secara aktif mengidentifikasi cara-cara untuk mengatasi potensi kesenjangan di masa depan di pasar global, bekerja sama untuk mendorong peningkatan produktivitas yang berkelanjutan jika memungkinkan,” kata Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu.
Pernyataan Qu merupakan bagian dari acara menjelang pertemuan puncak Kelompok Tujuh (G7) bulan depan di Jerman, dengan kenaikan harga pangan yang drastis diperkirakan akan menjadi topik utama diskusi.
ROMA, 13 Mei (Xinhua) — Kepala Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berbasis di Roma pada Jumat (13/5) meminta perekonomian-perekonomian industri terbesar di dunia untuk mengambil langkah-langkah mengantisipasi kelangkaan pangan di masa depan.
Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu mengatakan konflik Rusia-Ukraina membuktikan perlunya upaya global untuk membatasi kenaikan harga pangan seperti yang saat ini mengancam negara-negara miskin di Afrika dan Asia.
“Kita perlu secara aktif mengidentifikasi cara-cara untuk mengatasi potensi kesenjangan di masa depan di pasar global, bekerja sama untuk mendorong peningkatan produktivitas yang berkelanjutan jika memungkinkan,” tuturnya.
Seorang anak menerima bantuan yang disumbangkan oleh seorang dermawan setempat di Distrik Nahr Shahi, Provinsi Balkh, Afghanistan, pada 21 November 2021. (Xinhua/Kawa Basharat)
Pernyataan Qu merupakan bagian dari acara menjelang pertemuan puncak Kelompok Tujuh (G7) bulan depan di Jerman, dengan kenaikan harga pangan yang drastis diperkirakan akan menjadi topik utama diskusi.
Bahkan sebelum konflik Rusia-Ukraina meletus, orang-orang paling rentan di dunia sudah terancam. Data FAO menunjukkan bahwa pada akhir tahun lalu, sekitar 193 juta orang di seluruh dunia mengalami “rawan pangan akut dan membutuhkan bantuan mendesak.” Jumlah itu menunjukkan peningkatan hampir 40 juta orang dibanding tahun sebelumnya.
Orang-orang berjalan di sebuah jalan berdebu di Kibwezi, Makueni County, Kenya, pada 1 November 2021. (Xinhua/Mukoto Imbova)
Qu mengatakan bahwa dalam situasi dramatis seperti itulah kita saat ini menghadapi konflik di Ukraina.
Konflik tersebut berdampak signifikan terhadap harga pangan dunia, menurut data FAO. Pada Maret, Indeks Harga Pangan Dunia FAO, indeks yang telah disusun selama 32 tahun, mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah setelah kenaikan bulanan terbesar, yang sebagian besar disebabkan oleh dampak konflik. Pada April, indeks turun tipis dari rekor tertingginya. [Xinhua]