BANGKOK – Lembaga pemeringkat kredit global Moody’s pada Selasa (24/8) mempertahankan peringkat kredit Thailand di Baa1 dengan prospek stabil, seraya mengatakan bahwa negara itu masih memiliki aktivitas ekonomi yang cukup untuk mengimbangi tantangan COVID-19 saat ini.
Menurut Patricia Mongkhonvanit, Direktur Kantor Pengelolaan Utang Publik Kementerian Keuangan, keputusan penentuan peringkat tersebut sangat dipengaruhi oleh aktivitas industri yang solid, terutama di sektor otomotif dan elektronik, serta peran Thailand yang terkenal sebagai pusat pertanian dan pariwisata terkemuka.
Peringkat tersebut didukung lebih lanjut oleh keuangan publik dan eksternal Thailand yang kuat, yang membantu negara itu merespons goncangan ekonomi dan volatilitas pasar yang dibawa oleh pandemi.
Lembaga pemeringkat kredit tersebut memproyeksikan ekonomi Thailand tumbuh 2,0 persen tahun ini, proyeksi yang lebih positif dibandingkan dengan prediksi 0,7-1,2 persen oleh Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional Thailand pada awal bulan ini.
Patricia mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang diperlukan yang akan memungkinkan Moody’s untuk meningkatkan peringkat kreditnya untuk Thailand di masa depan adalah kemampuan negara itu untuk meningkatkan daya saingnya dengan mengatasi masalah struktural yang mengakar seperti populasi yang kian menua dan kurangnya tenaga kerja terampil.
Sementara itu, Moody’s menegaskan kembali dalam laporannya bahwa kemunculan kembali gejolak politik di Thailand berpotensi meredupkan daya tariknya sebagai tujuan investasi asing langsung, yang merusak prospek dan laju pemulihan ekonomi.
Rasio utang publik terhadap PDB Thailand mencapai 56,09 persen pada Juni, dengan nilai 8,8 triliun baht (1 bath = Rp440), menurut Kementerian Keuangan Thailand.
Angka tersebut dianggap sebagai ambang batas utang publik tertinggi sejak krisis keuangan Asia 1997.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Bangkok. (XHTV)