OPEC memaparkan sejumlah tantangan penting yang sedang dihadapi oleh ekonomi global, termasuk “tensi geopolitik, pandemi yang masih merebak, meningkatnya inflasi, isu rantai pasokan yang kian memburuk, tingginya tingkat utang negara di banyak kawasan, dan perkiraan pengetatan moneter oleh bank sentral di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Kawasan Euro.”
WINA, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) pada Kamis (12/5) melakukan revisi dengan menurunkan perkiraannya terhadap pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak global tahun ini, dengan mengutip pembatasan yang disebabkan oleh penyebaran COVID-19 dan tensi geopolitik.
Dalam laporan pasar minyak bulanannya, aliansi perminyakan itu mengatakan bahwa ekonomi dunia diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,5 persen pada 2022, dibandingkan perkiraan 3,9 persen yang disampaikan pada bulan lalu.
OPEC memaparkan sejumlah tantangan penting yang sedang dihadapi oleh ekonomi global, termasuk “tensi geopolitik, pandemi yang masih merebak, meningkatnya inflasi, isu rantai pasokan yang kian memburuk, tingginya tingkat utang negara di banyak kawasan, dan perkiraan pengetatan moneter oleh bank sentral di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Kawasan Euro.”
Kelompok produsen minyak itu juga memperkirakan bahwa jumlah permintaan minyak global pada tahun ini akan meningkat 3,4 juta barel per hari secara tahunan (year on year/yoy), turun 300.000 barel per hari dari penilaian bulan lalu.
Jumlah permintaan minyak pada 2022 diprediksi akan “dipengaruhi oleh perkembangan geopolitik yang masih berlangsung di Eropa Timur, serta pembatasan (akibat) pandemi COVID-19,” urai OPEC dalam laporannya. [Xinhua]