WASHINGTON – Penjualan selama periode liburan di Amerika Serikat (AS) pada November dan Desember diperkirakan akan tumbuh antara 8,5 persen hingga 10,5 persen dibandingkan pada 2020, mencapai antara 843,4 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.184) hingga 859 miliar dolar AS, kata Federasi Retail Nasional (National Retail Federation/NRF) pada Rabu (27/10).
Angka-angka itu, yang tidak meliputi diler mobil, stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dan restoran, melebihi rekor sebelumnya pada 2020 ketika penjualan di musim liburan tumbuh sebesar 8,2 persen menjadi 777,3 miliar dolar AS.
“Konsumen berada dalam posisi yang sangat menguntungkan memasuki beberapa bulan terakhir tahun ini setelah pendapatan meningkat dan neraca rumah tangga lebih kuat,” kata Presiden sekaligus CEO NRF Matthew Shay dalam sebuah pernyataan.
“Peretail membuat investasi yang signifikan dalam rantai pasokan mereka dan membelanjakan banyak uang untuk memastikan mereka memiliki produk di rak toko mereka guna memenuhi permintaan konsumen yang luar biasa saat ini,” kata Shay.
Kepala ekonom NRF Jack Kleinhenz menyatakan bahwa gangguan rantai pasokan terkait pandemi telah menyebabkan kekurangan barang penjualan dan sebagian besar tekanan inflasi tahun ini.
“Dengan prospek konsumen yang ingin berbelanja lebih awal, persediaan dapat ditarik lebih cepat dan kekurangan mungkin terjadi di pekan-pekan akhir musim belanja. Namun, jika peretail dapat menyimpan barang dagangan di rak toko dan barang dagangan tiba sebelum Natal, itu bisa menjadi musim penjualan liburan yang luar biasa,” kata Kleinhenz.
Meski perdagangan elektronik (e-commerce) akan tetap penting, rumah tangga juga diperkirakan beralih ke belanja di toko fisik dan pengalaman belanja liburan yang lebih tradisional selama musim liburan mendatang, menurut NRF. [Xinhua]