SYDNEY – Maskapai nasional Australia, Qantas, masih harus menelan kerugian seiring pandemi COVID-19 yang berlanjut hingga paruh kedua 2021. Namun, perusahaan itu berharap beberapa penerbangan internasional akan dilanjutkan sebelum periode Natal yang begitu krusial.
Dalam penyampaian informasi terbaru terkait perdagangan tahunannya pada Kamis (26/8), maskapai itu mengumumkan kerugian sebesar 2,35 miliar dolar Australia (1 dolar Australia = Rp10.454) untuk tahun keuangan kali ini.
CEO Qantas Alan Joyce menekankan bahwa hasil mengecewakan itu disebabkan oleh virus corona, yang membuat banyak “kanguru terbang” tidak mengudara selama berbulan-bulan.
“Kerugian ini menunjukkan dampak yang ditimbulkan oleh perbatasan internasional yang ditutup selama setahun penuh dan pembatasan perjalanan domestik selama lebih dari 330 hari terhadap maskapai nasional,” papar Joyce. “Terus terang, kondisi niaga saat ini sangatlah buruk.”
Joyce mengatakan bahwa jika digabungkan dengan kerugian masif pada 2020, COVID-19 dapat merugikan perusahaan itu sebesar lebih dari 20 miliar dolar Australia pada akhir tahun ini.
Namun demikian, bos Qantas itu dengan bersemangat menyebutkan adanya tanda-tanda optimistis di masa mendatang.
“Terlepas dari ketidakpastian yang masih ada di depan, kami berada di posisi yang jauh lebih baik untuk menanganinya dibanding periode yang sama tahun lalu,” ujar Joyce.
“Saat ini kami adalah organisasi yang lebih ramping dan efisien. Dan persyaratan kami agar para karyawan divaksinasi akan menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi karyawan dan pelanggan kami.”
“Saat Australia mencapai target vaksinasi yang krusial itu tahun ini dan kemungkinan diterapkannya karantina wilayah (lockdown) serta penutupan perbatasan di masa mendatang berkurang, kami memperkirakan akan melihat lonjakan permintaan perjalanan domestik dan kembalinya perjalanan internasional secara bertahap,” katanya.
“Tentunya hal itu bergantung pada pemerintah terkait bagaimana dan kapan tepatnya perbatasan internasional kita akan dibuka kembali. Namun, dengan Australia yang diprediksi mampu mencapai target 80 persen (pembukaan perbatasan) yang disepakati oleh kabinet nasional pada akhir tahun ini, kita harus menyusun rencana untuk menghadapi proses memulai kembali yang kompleks.” [Xinhua]