BEIJING, Penyandang gangguan penglihatan atau orang-orang yang tidak mampu membaca tulisan cetak akibat disabilitas (print-disabled) di China akan dapat mengakses lebih banyak buku berhak cipta setelah Perjanjian Marrakesh internasional mulai berlaku di negara itu, kata seorang pejabat pada Senin (16/5).
Dimaksudkan untuk “memfasilitasi para penyandang tunanetra, gangguan penglihatan, atau ketidakmampuan membaca tulisan cetak akibat disabilitas mengakses karya-karya yang diterbitkan”, perjanjian itu menarik liputan luas dari media setempat setelah mulai berlaku pada 5 Mei di China. Terdapat 17,3 juta orang penyandang gangguan penglihatan di Negeri Panda itu, dan ada lebih banyak lagi orang yang tidak mampu membaca tulisan cetak akibat disabilitas.
Bagi orang-orang tersebut, cara paling efektif untuk mempelajari budaya dan menerima pendidikan adalah dengan membaca berbagai karya dalam huruf Braille, cetakan besar, versi audio, atau format lain yang dapat diakses. Namun demikian, kalangan tersebut tidak mendapat akses ke bahan bacaan bebas hambatan terutama karena pembatasan hak cipta, tutur Zhao Xiuling. Zhao merupakan wakil kepala divisi manajemen hak cipta yang berada di bawah naungan Departemen Publisitas Komite Sentral Partai Komunis China. Pernyataan tersebut disampaikannya dalam sebuah konferensi pers online.
Perjanjian Marrakesh mengamanatkan pembuatan salinan dalam format yang dapat diakses tanpa harus meminta izin pemegang hak cipta, sehingga semakin banyak penyandang gangguan penglihatan mendapatkan hak yang lebih adil dalam mempelajari budaya dan menerima pendidikan.
Dari jutaan karya yang diterbitkan di seluruh dunia setiap tahunnya, hanya kurang dari 10 persen yang tersedia dalam format yang dapat diakses oleh penyandang disabilitas visual.
Dari 2016 hingga 2020, China menerbitkan lebih dari 10.000 karya berhak cipta dalam format bebas hambatan. Namun, angka tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan buku dan terbitan berkala yang diterbitkan dalam periode itu, sehingga tidak dapat memenuhi permintaan penyandang disabilitas visual, imbuh Zhao.
Zhao juga mengatakan bahwa China, dalam beberapa tahun terakhir, melakukan sejumlah revisi pada undang-undang hak ciptanya untuk menghapuskan berbagai hambatan terkait hak cipta bagi penyandang disabilitas visual, serta melakukan persiapan legislatif untuk ratifikasi dan implementasi Perjanjian Marrakesh. [Xinhua]