BEIJING, Sejumlah peneliti China telah mengidentifikasi sebuah metabolit mirip glukosa yang terkait dengan diabetes dalam darah manusia dengan aktivitas antivirus yang efektif melawan SARS-CoV-2.
Temuan tersebut, yang dipimpin oleh para peneliti dari Universitas Tsinghua, dipublikasikan dalam jurnal Nature Metabolism pada Selasa (10/5).
Studi-studi sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat keparahan dan kematian akibat COVID-19 dikaitkan dengan penyakit yang sudah diderita seperti diabetes. Kendati demikian, penyebab mendasar di balik ini masih belum ditetapkan.
Dalam studi baru ini, para peneliti menyaring lebih dari 200 metabolit molekul kecil dan menemukan bahwa 1,5-anhydro-D-glucitol (1,5-AG), yang minim pada pasien diabetes, dapat menghambat masuknya SARS-CoV-2 ke dalam sel.
Mereka mendapati tingkat replikasi SARS-CoV-2 lebih tinggi dengan adanya serum dari pasien diabetes dibanding dari individu yang sehat, tetapi ini dapat dilawan dengan suplementasi 1,5-AG ke serum dari pasien.
Menurut analisis mekanisme molekuler, 1,5-AG menunjukkan aktivitas anti-SARS-CoV-2 yang efektif dengan mengikat pada subunit S2 protein lonjakan (spike protein) SARS-CoV-2, sehingga mengganggu proses fusi membran sel virus.
Dalam serangkaian percobaan yang dilakukan pada tikus, para peneliti menemukan bahwa tikus diabetes yang mengalami infeksi SARS-CoV-2 memiliki muatan virus (viral load) yang jauh lebih tinggi dan kerusakan jaringan pernapasan yang lebih parah jika dibandingkan dengan tikus nondiabetes. Suplementasi 1,5-AG yang berkelanjutan pada tikus diabetes dapat mengurangi muatan SARS-CoV-2 dan tingkat keparahan penyakit hingga ke level yang sama pada tikus nondiabetes.
Hasilnya menunjukkan bahwa suplemen 1,5-AG dapat membantu mengurangi insidensi tersebut dan mencegah infeksi COVID-19 yang parah pada penderita diabetes, papar penelitian itu. [Xinhua]