Oleh Peter Mertz
LOS ANGELES – Pada 1941, pemerintah Amerika Serikat (AS) meminta pengusaha miliarder Howard Hughes untuk membuat sebuah pesawat berukuran besar guna mengangkut sekitar 700 tentara AS ke medan pertempuran. Pesawat “Spruce Goose” buatan Hughes yang legendaris memiliki bentang sayap 97,5 meter.
Pekan lalu, atau 80 tahun kemudian, sebuah pesawat yang ukurannya bahkan lebih besar lagi, “Stratolaunch”, mengudara di atas Gurun Mojave di California selatan dalam uji terbang kedua yang sukses dan memukau para penonton dengan bentang sayapnya yang mencapai 117,3 meter dan enam mesin Boeing yang menderu selaras.
Uji terbang kedua yang sukses tersebut berlangsung selama 2,5 jam dan pesawat tersebut mencapai ketinggian 14.000 kaki (4.267 meter).
Pesawat berukuran jumbo ini, yang menyerupai dua jet Boeing raksasa terbang berdampingan, tidak akan mengangkut pasukan. Pesawat tersebut nantinya akan berfungsi untuk meluncurkan roket dan wahana antariksa dari lokasi atmosferis yang tinggi, ke hamparan bintang-bintang.
“Stratolaunch memajukan kemampuan negara kita untuk menjadi yang terdepan di dunia dalam pasar hipersonik,” kata Chief Technology Officer Stratolaunch Systems Daniel R. Millman dalam sebuah pernyataan pada Jumat (30/4) lalu. “Penerbangan hari ini membuat kami selangkah lebih dekat dengan janji kami memberikan layanan uji penerbangan hipersonik pertama dunia.”
Dua tahun lalu, Stratolaunch mengudara dalam penerbangan perdana pesawat terbesar di dunia, tulis tajuk Flightglobal.com.
Pada Sabtu (1/5), “pesawat terbesar yang pernah dibuat itu kini telah dua kali melakukan penerbangan,” sebut LiveScience, situs web berita sains terkemuka di AS, dengan nada sarat antusiasme.
Meski pesawat Hughes Aircraft H-4 Hercules, yang dijuluki Spruce Goose, masih menjadi “kapal terbang terbesar yang pernah dibuat,” menurut Flightglobal, pesawat tersebut hanya melakukan satu kali uji terbang yang sukses pada 1947, dan saat ini pesawat tersebut berada di dalam sebuah hanggar besar untuk dipamerkan kepada publik di McMinnville, Oregon.
Dibuat dari kayu dengan delapan mesin baling-baling raksasa, Goose tidaklah sebanding dengan kekuatan dan kinerja enam mesin Boeing 747-400 yang menggerakkan material yang “seluruhnya komposit” pada Stratolaunch, kata para ahli industri.
Namun, itu 80 tahun yang lalu.
Melalui akun Twitter-nya, Stratolaunch Systems memperlihatkan pesawat raksasanya melakukan manuver uji terbang dalam sebuah video dramatis berdurasi 2 menit 30 detik.
Pihak perusahaan menyebutnya sebagai “pesawat dengan material yang seluruhnya komposit paling besar di dunia” dan secara struktural sangat kuat untuk membawa wahana lain ke atmosfer yang lebih tipis untuk diluncurkan ke luar angkasa.
Dan meski Spruce Goose Hughes memiliki panjang yang hampir menyamai panjang lapangan American football, ukuran Stratolaunch bahkan lebih besar lagi.
“Jika Anda menempatkan Stratolaunch di sebuah lapangan American football, bentangan sayapnya akan menjangkau dari ujung ke ujung,” kata cnet.com pada pekan lalu.
Perusahaan Stratolaunch didirikan pada 2011 oleh pengusaha sukses sekaligus salah satu pendiri Microsoft Paul Allen, dengan misi untuk menciptakan sebuah platform stratosfer tinggi untuk meluncurkan satelit ke luar angkasa, menurut Digitaltrends.com.
Setelah Allen wafat pada 2018 lalu, Cerberus Capital Management yang berbasis di New York mengakuisisi perusahaan tersebut pada 2019, dan Stratolaunch pun mengalihkan fokusnya ke pengujian dan penelitian hipersonik, kata cnet.com pada pekan lalu.
Stratolaunch menggambarkan pesawat angkut tersebut sebagai “landasan peluncuran revolusioner untuk kendaraan hipersonik dan antariksa,” yang dirancang untuk membawa kendaraan peluncur yang dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan hipersonik mencapai Mach 6 (setara 7.408 kilometer per jam), dengan wahana Talon-A yang dapat digunakan kembali.
Sebagai perbandingan, kecepatan tertinggi Spruce Goose pada 1947 tercatat 378,1 kilometer per jam. Sementara Talon-A dirancang untuk terbang dengan kecepatan 7.406 kilometer per jam. [Xinhua]