PARIS – Kepolisian Prancis menahan lima wanita dari keluarga yang sama pada akhir pekan di Prancis selatan atas tuduhan merencanakan serangan teror, seperti dilansir sebuah media lokal pada Senin (5/4).
Mengutip sumber yang dekat dengan operasi tersebut, radio Franceinfo yang dikelola pemerintah melaporkan bahwa polisi antiteror menangkap seorang wanita berusia 18 tahun, ibunya dan tiga saudara perempuannya pada Sabtu (3/4) malam sebagai bagian dari penyelidikan terhadap “kelompok kriminal teroris” serta “kepemilikan dan pembuatan bahan peledak terkait dengan sebuah perusahaan teroris.”
Salah satu tersangka yang masih muda diketahui setelah mengunggah pesan di media sosial yang mengisyaratkan dia akan beraksi saat liburan Paskah, menurut laporan itu.
Tim penyelidik meyakini dia berencana menyerang sebuah gereja di Montpellier, Prancis selatan. Mereka menemukan bahan kimia di rumah tersangka yang sering digunakan oleh kelompok ekstremis untuk membuat alat peledak rakitan, selain perangkat pemicu ledak dari ponsel dan sebuah pedang Jepang, kata Franceinfo.
Semua tersangka tidak memiliki latar belakang kriminal dan tidak diketahui oleh intelijen, imbuhnya.
Prancis menjadi target utama serangan teroris menyusul operasi militernya di Irak, Suriah, dan wilayah Sahel di Afrika.
Pada 13 November 2015, 130 orang tewas dan lebih dari 400 terluka dalam serangkaian serangan teroris mematikan di Paris dan pinggiran utara kota itu.
Pada Oktober 2017, Presiden Emmanuel Macron menandatangani undang-undang antiterorisme, yang memberikan polisi lebih banyak kewenangan untuk mencari dan menangkap tersangka tanpa memerlukan persetujuan hakim guna meningkatkan respons negara terhadap risiko teror di dalam negeri. [Xinhua]