DHAKA – Hanya sedikit bukti baru yang ditemukan dalam investigasi yang sedang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) terkait asal-usul COVID-19, demikian dilaporkan United News of Bangladesh baru-baru ini, mengutip sebuah liputan CNN.
“Hasil penyelidikan intelijen terbaru memperkuat keyakinan bahwa virus tersebut kemungkinan besar berasal dari sebab alami, dari kontak hewan-manusia, dan tidak direkayasa secara sengaja,” lapor CNN, mengutip beberapa sumber.
Kepala Penasihat Medis Gedung Putih Anthony Fauci belum lama ini mengatakan bahwa dirinya meyakini teori asal-usul alami virus corona baru ini masih menjadi teori “yang paling tinggi kemungkinannya.”
“Penjelasan yang paling mungkin adalah evolusi alami dari seekor hewan inang yang menularkannya pada manusia,” tutur Fauci, yang juga menjabat sebagai Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional AS, kepada CNN dalam wawancara baru-baru ini.
Paul Offit, salah seorang anggota komite penasihat vaksin di Badan Pengawas Obat dan Makanan (Food and Drug Administration/FDA) AS, mengamini pernyataan Fauci itu.
“Menurut saya, kemungkinan bahwa virus ini diciptakan oleh para pekerja di laboratorium, atau direkayasa, adalah nol,” katanya kepada CNN dalam wawancara terpisah.
Matthew Kavanagh, Direktur Inisiatif Politik & Kebijakan Kesehatan Global di Universitas Georgetown, menyampaikan kepada Rolling Stone, sebuah majalah AS, sebelumnya pada bulan ini bahwa keputusan Presiden AS Joe Biden menggunakan komunitas intelijen dan bukan pejabat kesehatan untuk melakukan peninjauan terhadap asal-usul virus corona mungkin telah mempolitisasi masalah ini.
“Ini menunjukkan kepada kita bahwa ini laporan yang berbau politis dan laporan yang dibuat intelijen: bukan laporan yang terutama didasarkan pada sains,” ujar Kavanagh. “Oleh karena itu, kita seharusnya memahami maknanya dalam kerangka tersebut, dan tidak bersikap naif. Kita berada pada momen di mana politik mengarahkan pemahaman ilmiah orang-orang dengan cara yang berbahaya.” [Xinhua]