“COVID-19 menghantam warga keturunan Asia lebih cepat dan lebih keras dibandingkan warga kulit putih Amerika. Dalam tiga bulan pertama pandemi, pasien keturunan Tionghoa mencatat tingkat kematian tertinggi dibandingkan semua kelompok ras dan etnis lainnya di rumah-rumah sakit umum New York City,” ujar artikel opini Financial Times.
LONDON, Banyak warga Amerika menderita akibat pandemi COVID-19, tetapi warga keturunan Asia khususnya terdampak secara tidak proporsional, seperti diungkapkan dalam artikel opini Financial Times.
Dalam artikel yang diterbitkan pada Senin (24/1) itu, Patti Waldmeir, seorang koresponden Amerika Utara untuk Financial Times, menyebut warga Amerika keturunan Asia dan warga Asia lainnya di Amerika Serikat (AS) sebagai “minoritas tersembunyi” yang terdampak keras oleh pandemi.
“COVID-19 menghantam warga keturunan Asia lebih cepat dan lebih keras dibandingkan warga kulit putih Amerika. Dalam tiga bulan pertama pandemi, pasien keturunan Tionghoa mencatat tingkat kematian tertinggi dibandingkan semua kelompok ras dan etnis lainnya di rumah-rumah sakit umum New York City,” tulis artikel tersebut.
Warga Amerika keturunan Asia berisiko lebih tinggi terinfeksi, dengan “hingga 30 persen warga Asia-Amerika tinggal dalam rumah tangga antargenerasi, dan 17,7 persen tinggal di rumah dengan setidaknya satu orang tenaga kesehatan,” sebut artikel itu yang mengutip sebuah studi dari Pusat Studi Kesehatan Warga Amerika Keturunan Asia di New York University.
Lebih lanjut, warga Amerika keturunan Tionghoa mengalami lebih banyak serangan rasis selama pandemi.
“Bisnis-bisnis milik warga keturunan Asia terdampak keras karena seperempat bisnis makanan dan akomodasi AS dimiliki oleh warga keturunan Asia, sementara banyak warga keturunan Asia yang lebih miskin bekerja sebagai pekerja garis depan, seperti di restoran, toko kelontong, atau penatu,” imbuh artikel tersebut. [Xinhua]