BEIJING – Para peneliti di Kamboja, Filipina, Laos, dan Prancis sedang mempelajari berbagai sampel yang diambil dari kelelawar sebagai petunjuk potensial untuk menentukan asal-usul COVID-19, menurut laporan media.
Delapan peneliti di Institut Pasteur du Cambodge (IPC) di Phnom Penh telah mengumpulkan berbagai sampel dari kelelawar di Provinsi Stung Treng dekat Laos dan mencatat spesies, jenis kelamin, usia, dan berbagai detail lainnya selama sepekan. Penelitian serupa sedang berlangsung di Filipina, menurut Reuters pada Senin (20/9).
Tahun lalu, para peneliti di IPC melakukan pengujian pada dua sampel yang diambil dari kelelawar tapal kuda di provinsi tersebut pada 2010, dan menemukan kerabat dekat virus corona.
“Kami berharap hasil dari penelitian ini dapat membantu dunia untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang COVID-19,” kata koordinator lapangan Thavry Hoem sebagaimana dikutip.
Kelelawar yang tinggal di gua-gua batu kapur di Laos utara juga ditemukan membawa virus corona yang memiliki karakteristik utama sama dengan SARS-CoV-2, menurut laporan Bloomberg.
Para peneliti di Institut Pasteur di Paris dan Universitas Laos itu telah menemukan tiga virus dengan “domain pengikat reseptor (receptor-binding domain/RBD) yang sangat mirip, bagian dari protein lonjakan (spike protein) virus corona yang digunakan untuk mengikat reseptor ACE-2 pada manusia, enzim yang ditargetnya untuk menyebabkan infeksi,” papar laporan itu.
Para peneliti mempelajari 645 kelelawar dari 46 spesies yang ditangkap di empat lokasi, yakni di distrik Fueng dan Meth di Provinsi Vientiane serta di distrik Namor dan Xay di Provinsi Oudomxay, antara Juli 2020 dan Januari 2021.
Ketiga virus yang ditemukan di Laos itu, yang dinamai BANAL-52, BANAL-103, dan BANAL-236, merupakan “nenek moyang terdekat dari SARS-CoV-2 yang diketahui hingga saat ini,” kata Marc Eloit, kepala penemuan patogen di Institut Pasteur, seperti dikutip.
“Virus-virus ini mungkin telah berkontribusi pada asal-usul SARS-CoV-2 dan secara intrinsik dapat menimbulkan risiko penularan langsung ke manusia di masa mendatang,” katanya. [Xinhua]