NANNING – Tidak perlu jalan jauh, gratis, nyaman dan juga mudah… Baru-baru ini guru musik asal Indonesia, Randy Geovani Putra, yang baru saja kembali ke Nanning, ibu kota Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, menikmati langsung efisiensi tinggi dan nyamannya layanan vaksinasi COVID-19 di China.
Berasal dari Bandung, Rendi telah belajar dan tinggal di China selama hampir 5 tahun dan saat ini mengajar kesenian gamelan di Universitas Seni Guangxi. Pada 20 April ini, sesudah pulang ke kampung halaman selama setahun lebih, Rendi mengambil penerbangan langsung dari Indonesia ke Nanning, kota tempat dirinya hidup dan mencari nafkah.
Layaknya semua warga negara asing yang masuk ke China, Rendi menjalankan pengujian asam nukleat, 14 hari pengamatan medis terkonsentrasi dan pemantauan kesehatan di rumah. Berkat diterapkan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian epidemi yang ketat untuk mendeteksi dan mengisolasi serta menangani kasus pada waktu yang tepat untuk meminimalkan risiko penularan, China cepat pulih dari wabah sejak tahun lalu.
Setelah kembali ke lingkungan universitas, Rendi mengetahui banyak kawan dan siswa di sekitarnya telah disuntik vaksin COVID-19. Dia pun berencana turut membuat janji untuk vaksinasi.
Seperti banyak kota, Nanning memiliki berbagai situs vaksinasi COVID-19 yang dapat dipilih oleh penduduk, termasuk rumah sakit, pusat layanan kesehatan masyarakat, dan situs vaksinasi sementara.
“Dokter komunitas datang ke universitas saya untuk melayani, yang memberikan kemudahan besar kepada guru dan siswa, sehingga studi dan pekerjaan kita tidak tertunda.” Rendi mengatakan bahwa rumah sakit komunitas telah memasuki kampus untuk melakukan kegiatan vaksinasi sebelumnya, tetapi sayang pada waktu itu dia masih menjalankan tahap isolasi dan observasi, jadi kehilangan kesempatan vaksinasi di kampus.
Ketika membandingkan mana yang lebih nyaman, Rendi diberitahu rumah sakit komunitas akan memasuki kampus lagi, dan guru dan siswa yang belum divaksinasi dapat hadir untuk vaksinasi. Kesempatan ini dia tidak kelewatan sekali lagi.
“Saya memilih vaksin inaktif dua dosis melawan virus corona. Tadi saya baru saja menerima suntikan pertama dan tidak ada reaksi yang merugikan. Vaksin buatan China meyakinkan,” kata Rendi dengan voucher vaksinasi di tangannya, “Interval vaksinasi harus berjarak 3 minggu atau lebih, dan suntikan kedua akan diberikan setelah beberapa waktu, sehingga Anda dapat membekali diri dengan perlindungan yang lebih kuat.”
“Semua orang sangat termotivasi untuk vaksinasi, dan di lapangan penuh dengan orang yang mengantri,” kata Rendi. Prosesnya juga sederhana, pakai telepon seluler memindai QR kode untuk masuk ke program aplikasi, klik untuk memasukkan informasi pribadi, dan dokter akan mengatur vaksinasi secara berurutan.
Sampai 28 Mei, vaksinasi virus corona China telah melampaui 600 juta dosis, menunjukkan bahwa tingkat vaksinasi terus meningkat untuk mempercepat terbangunnya “kekebalan pelindung”. Sejak suntikan dosis vaksin melebihi 100 juta dosis pada 27 Maret, waktu yang dibutuhkan untuk setiap 100 juta dosis masing-masing adalah 25 hari, 16 hari, 9 hari, 7 hari, dan terakhir ini hanya butuh 5 hari untuk meningkat dari 500 juta menjadi 600 juta.
“Pencegahan epidemi di sini sangat memuaskan, sehingga orang yang tinggal di sini merasa nyaman,” kata Rendi. [Xinhua]