KUALA LUMPUR – Di gedung bertingkat rendah milik perusahaan farmasi Malaysia, Pharmaniaga Life Sciences (PLS), yang berada di pinggiran Kuala Lumpur, operasi pengisian dan penyelesaian (fill-and-finish) vaksin COVID-19 Sinovac sedang berlangsung.
Tempat sederhana itu beroperasi nonstop, 24 jam sehari tujuh hari sepekan, sebagai bagian penting dari upaya Malaysia memerangi COVID-19. Ini juga menandai kerja sama yang erat antara negara Asia Tenggara itu dengan China di masa krisis COVID-19.
Kepala manufaktur Mohd Saharuddin Othman masih begitu bersemangat saat menceritakan kembali kedatangan vaksin Sinovac pertama dari China pada 27 Februari.
“Itu merupakan momen yang sangat emosional saat bulk pertama tiba … di gudang kami, saya pikir seluruh (anggota) tim termotivasi, untuk mulai melakukan pengisian dan penyelesaian,” ujarnya, “Tim tahu ini merupakan tanggung jawab kami. Ini adalah momen penting kami … untuk mendukung pemerintah dalam memerangi pandemi COVID-19 ini.”
Sinovac dan Pharmaniaga pada Januari menandatangani perjanjian kerja sama dalam melokalisasi proses fill-and-finish vaksin CoronaVac buatan Sinovac, sebuah langkah yang menandai tonggak sejarah dalam industri farmasi Malaysia.
Manajer produksi Mohd Ridhwan Kalantar Mastan telah mengawasi operasi fill-and-finish vaksin Sinovac di Pharmaniaga sejak awal.
“Saat kami tahu bahwa kami akan menjadi bagian dari kolaborasi ini dengan Sinovac adalah sebuah momen yang melegakan,” tutur sang manajer. “Mengetahui bahwa kami dapat memproduksi vaksin di dalam negeri, dan vaksin ini dapat digunakan untuk masyarakat dan bangsa kami, jauh lebih cepat daripada yang akan kami dapatkan jika Sinovac dan Pharmaniaga tidak membantu kami melakukan hal ini.”
“Jadi rasa lega yang sangat besar sekaligus rasa bangga yang sangat besar dan juga saya bangga menjadi bagian dari tim inti ini, membantu bangsa, menyelamatkan nyawa bahkan nyawa keluarga kita juga,” ujarnya.
Epidemi virus corona di Malaysia memburuk sejak awal 2021, mencatatkan rekor kasus harian tertinggi dengan 24.599 kasus baru pada 26 Agustus. Setelah pembatasan yang berkepanjangan sangat merugikan ekonomi dan mata pencaharian, pemerintah Malaysia menggantungkan harapannya pada vaksin COVID-19.
Mohd Ridhwan dan karyawan Pharmaniaga berpacu dengan waktu guna memastikan dosis CoronaVac tersedia untuk program inokulasi nasional.
Tidak ada hari libur untuk produksi nonstop itu, kata Mohd Ridhwan sambil mengamati alur kerja.
Niat mereka untuk mempersiapkan vaksin bagi perjuangan rakyat Malaysia melawan COVID-19 tidak pernah surut, dan bangga dengan peran mereka dalam upaya mengakhiri pandemi.
“Saya menjalankan peran ini dengan sangat serius, dan juga karena sebagai apoteker, dan manajer produksi, peran kami adalah memastikan produk yang dihasilkan aman setiap saat, dan efektif setiap saat,” ungkapnya.
Usaha mereka membuahkan hasil. Vaksin Sinovac yang diisi dan diselesaikan di dalam negeri tersebut telah digunakan sejak mendapatkan izin dari pemerintah pada April lalu.
Mereka telah menyelesaikan sekitar 14 juta dosis lebih cepat dari jadwal pada Juli, menurut sang manajer.
Pemerintah Malaysia sebelumnya memberikan izin vaksin Sinovac untuk digunakan pada remaja berusia 12 hingga 17 tahun mulai 1 Oktober.
Per 10 Oktober, 90 persen populasi orang dewasa Malaysia telah menerima vaksinasi lengkap.
Mohd Saharuddin mengatakan kerja sama dengan Sinovac serta kesediaan mereka untuk terlibat dan terbuka dalam alih teknologi, memungkinkan Pharmaniaga berhasil membangun operasi CoronaVac dengan teknologi dan keahlian China dalam vaksin manusia.
Dia mengatakan kedua belah pihak telah mengatasi banyak hambatan karena COVID-19 dalam kolaborasi itu, terutama pembatasan perjalanan dengan menggunakan teknologi konferensi digital dan video, selain kendala bahasa.
Dengan penuh rasa syukur, Mohd Ridhwan bangga dapat mewujudkan proses fill-and-finish vaksin tersebut.
“Saya kira alih teknologi vaksin COVID-19 ini merupakan alih teknologi yang besar dan monumental antar negara. Kita juga bisa menunjukkan dan membuktikan bahwa hal itu bisa diwujudkan jika kita memiliki panduan, serta saran dan sumber teknologi yang diperlukan, kemudian kita juga bisa mereplikasinya di pabrik yang berbeda, dengan kolaborasi semua orang,” katanya.
Kelancaran kerja sama itu diungkapkan dalam percakapan telepon antara Anggota Dewan Negara sekaligus Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah pada 29 September lalu.
Saifuddin berterima kasih kepada China atas kolaborasi vaksin tersebut dan Wang juga menjanjikan dukungan berkelanjutan dari China untuk respons pandemi Malaysia termasuk untuk kolaborasi vaksin, serta upaya bersama dalam mengatasi tantangan pascapandemi. [Xinhua]