LONDON – Gelombang epidemi yang berbeda dipicu oleh penyebaran varian SARS-CoV-2 yang berbeda pula. Sumber-sumber utama dari berbagai varian tersebut dapat melakukan perjalanan lintas perbatasan dan hidup dalam hewan yang menjadi inang pembawa (reservoir), tulis sebuah artikel.
Artikel yang diterbitkan pada pekan ini di News Medical, sebuah pusat jurnal akses terbuka bidang medis dan ilmu hayati, menunjukkan bahwa kurva berbentuk lonceng, yang menjadi ciri khas infeksi virus pernapasan musiman, telah teramati di Asia. Sebagai perbandingan, kurva berbentuk lonceng yang dilaporkan di negara-negara Barat tercatat dalam satu atau dua puncak.
Mengutip studi terbaru yang dipublikasikan di peladen pracetak (pre-print server) medRxiv, artikel itu mengungkap peran globalisasi dan zoonosis dalam kemunculan dan penyebaran varian-varian SARS-CoV-2.
Hasil studi terbaru itu mengindikasikan bahwa negara-negara yang terisolasi baik secara geografis maupun politis hanya menghadapi satu episode epidemi, dan dengan demikian memiliki kurva berbentuk lonceng. Sementara, di Eropa dan Amerika Serikat, beberapa epidemi dilaporkan terjadi secara berturut-turut dan melibatkan varian virus yang berbeda-beda.
Studi itu juga menemukan bahwa peran epizootik pada kawanan hewan tidak dipertimbangkan dalam generasi baru varian SARS-CoV-2 dan penularannya ke manusia. Cerpelai ditemukan berperan penting dalam penyebaran pandemi.
Dengan demikian, mengontrol kawasan perbatasan secara efisien dan mengawasi peternakan hewan secara teratur dapat membantu mengurangi insiden varian baru SARS-CoV-2 dan kemunculan epidemi baru, kata tim penulis dalam kesimpulan artikel tersebut. [Xinhua]