SYDNEY – Sensor COVID-19 instan yang diharapkan dapat dipasang di sejumlah tempat kerja esensial di masa mendatang kini tengah dikembangkan lebih lanjut oleh tim peneliti dari Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) Australia bersama para mitranya. Perangkat ini rencananya akan dirilis untuk komersial pada awal 2022.
Sensor Soterius Scout yang diperkenalkan oleh RMIT pada Jumat (9/7) dapat mendeteksi keberadaan sejumlah kecil virus COVID-19 serta variannya hanya dalam waktu semenit untuk memberikan tanda bebas virus saat seseorang memasuki lingkungan kerja.
Tim peneliti berhasil menciptakan prototipe tersebut, dan mereka menyampaikan teknologi ini akan diproduksi di Australia dan dipasang di sejumlah tempat kerja esensial serta lokasi dengan tingkat lalu lintas orang yang tinggi termasuk rumah sakit, panti jompo, hotel karantina, bandara, dan sekolah, pada masa mendatang.
Sensor ini menggunakan mikroelektronika yang fleksibel dan nanoteknologi sintetis yang mengikat virus sasaran sehingga memungkinkan pendeteksian yang spesifik dan mencegah diagnosis positif yang salah. Sejumlah komponen utama dalam teknologi itu melibatkan fabrikasi mikro biosensor dan manufaktur elektronik yang canggih.
Salah satu pencipta Soterius, Dr. Alasdari Wood, mengatakan perangkat sensor virus lingkungan yang berkembang saat ini berukuran besar, boros daya, dan hanya dapat mendeteksi satu jenis virus saja. Namun, sensor Soterius Scout dapat dikenakan sebagai penanda pribadi dan dapat mendeteksi hingga 8 galur (strain) virus.
“Biosensor kami berukuran sangat kecil sehingga dapat dipasang di kartu pengenal pribadi dan mudah digunakan. Anda hanya perlu menggesek kartu Anda di sebuah alat pembaca kartu di pos pemeriksaan … dan teknologi kami dapat dengan mudah disesuaikan untuk mendeteksi varian atau virus baru yang muncul,” ujar Wood.
Uji prototipe yang dilakukan di RMIT, dalam kemitraan dengan Institut Burnet yang berbasis di Negara Bagian Victoria, menunjukkan bahwa biosensor Soterius Scout dapat mendeteksi fragmen protein lonjakan (spike protein) virus COVID-19 dengan keakuratan yang impresif dan tidak ada diagnosis positif yang salah, menurut pernyataan universitas tersebut.
Tim peneliti juga meyakini bahwa teknologi itu dapat mendeteksi COVID-19 bahkan jika seseorang tidak menunjukkan gejala (asimtomatik).
“Seperti yang ditunjukkan oleh penerapan karantina wilayah (lockdown) di seluruh wilayah Australia baru-baru ini, COVID-19 tidak akan hilang dalam waktu dekat dan kami membutuhkan solusi pintar untuk membantu mendeteksi virus serta menekan penyebaran wabah,” kata pemimpin proyek RMIT Prof. Sharath Sriram.
“Sangat senang untuk dapat melihat teknologi sensor platform kami menjadi inti solusi baru yang pintar dalam mengatasi COVID-19 dan virus pernapasan lainnya di tempat-tempat kerja, guna melindungi pekerja garis depan kami dan masyarakat yang lebih luas,” paparnya. [Xinhua]