SEOUL – Angka kelahiran bayi di Korea Selatan (Korsel) mencatatkan rekor terendah pada Februari lalu, sehingga memicu kekhawatiran tentang apa yang disebut sebagai jurang demografis (demographic cliff), tunjuk data dari kantor statistik negara itu pada Rabu (28/4).
Jumlah bayi yang dilahirkan pada Februari tercatat di angka 21.461, turun 5,7 persen dari setahun sebelumnya, menurut Statistics Korea. Angka tersebut menjadi angka kelahiran terendah untuk bulan Februari sejak pencatatan data dimulai pada 1981.
Angka kelahiran bayi terus menurun selama 63 bulan sejak Desember 2015 di tengah berkembangnya tren sosial untuk menunda pernikahan dan penurunan jumlah wanita usia subur.
Rendahnya angka kelahiran ini memicu kekhawatiran tentang jurang demografis, yang merujuk pada penurunan jumlah kepala rumah tangga, yang pada akhirnya mengarah pada jurang konsumsi (consumption cliff).
Jumlah pernikahan pada Februari tercatat di angka 14.973, turun 21,6 persen dari setahun sebelumnya. Angka tersebut juga menjadi angka pernikahan terendah di bulan Februari sejak 1981.
Angka pernikahan menurun karena pandemi COVID-19 menghalangi orang-orang berpartisipasi dalam pertemuan sosial seperti upacara pernikahan.
Jumlah perceraian pun turun 5,7 persen dari tahun sebelumnya ke angka 7.759 pada Februari.
Angka kematian tercatat di angka 23.774 jiwa pada bulan tersebut, turun 6,5 persen dari setahun sebelumnya.
Karena pesatnya penurunan angka kelahiran dibandingkan angka kematian, jumlah populasi Korsel pun terus merosot selama 16 bulan berturut-turut. [Xinhua]