TOKYO – Prefektur Osaka di Jepang barat pada Selasa (20/4) akan meminta pemerintah pusat untuk mendeklarasikan status darurat di wilayah tersebut karena lonjakan kasus COVID-19 dan meningkatnya tekanan terhadap sejumlah fasilitas perawatan kesehatan, demikian disampaikan otoritas setempat.
Pemerintah Prefektur Osaka akan meresmikan keputusan mereka untuk meminta periode darurat virus, kali ketiga bagi prefektur yang terdampak parah itu, dalam pertemuan satuan tugas yang akan digelar pada Selasa sore, menurut otoritas setempat.
Jika pemerintah pusat menyetujui permintaan tersebut, prefektur itu akan diberi wewenang untuk menerapkan langkah-langkah yang lebih ketat guna mengatasi penyebaran virus.
Pada Selasa, langkah-langkah kuasi darurat mulai berlaku untuk beberapa wilayah di prefektur yang berada di sekitar Tokyo, yakni Saitama, Chiba dan Kanagawa, serta Prefektur Aichi, dan akan efektif hingga 11 Mei.
Sebelum langkah-langkah ini diterapkan, langkah serupa diterapkan untuk prefektur Osaka, Tokyo, Kyoto, Hyogo, Miyagi, dan Okinawa di tengah melonjaknya kasus di wilayah-wilayah ini dan kekhawatiran bahwa virus akan terus menyebar tanpa henti di saat Jepang bersiap menyambut rangkaian hari libur nasional Pekan Emas (Golden Week), salah satu waktu tersibuk untuk bepergian di negara tersebut.
Dengan para ahli virologi menyatakan bahwa Jepang telah memasuki “gelombang keempat” penularan virus, Tokyo juga mempertimbangkan gagasan untuk meminta pemerintah pusat mengumumkan status darurat COVID-19 lainnya untuk ibu kota, yang saat ini juga kembali mengalami lonjakan kasus virus corona, termasuk meningkatnya kasus varian virus yang sangat mudah menular.
Para pejabat Tokyo akan berkonsultasi dengan ahli kesehatan pada akhir pekan ini sebelum meresmikan keputusan itu, imbuh sejumlah sumber informasi pada Selasa. [Xinhua]