NEW DELHI – Lebih dari 40 negara berkomitmen untuk memberikan dukungan dan bantuan berupa pasokan medis, terutama peralatan penghasil oksigen, guna membantu India memerangi gelombang kedua pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung, demikian disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) India Harsh Vardhan Shringla pada Kamis (29/4).
India terpukul parah oleh gelombang kedua pandemi, dengan hampir 380.000 kasus terkonfirmasi baru dan 3.645 kematian dilaporkan pada Kamis, sehingga total infeksi dan kematian akibat COVID-19 di negara itu masing-masing menjadi 18.376.524 dan 204.832.
Ketika berbicara kepada media mengenai kerja sama internasional terkait pandemi COVID-19, pejabat di Kementerian Luar Negeri India tersebut mengatakan bahwa bantuan internasional diterima guna memenuhi kebutuhan yang mendesak.
“Kami mencari bantuan guna memenuhi kebutuhan jangka pendek kami, sebelum industri dalam negeri kami meningkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan jangka menengah dan panjang,” kata Shringla kepada media.
Dia lebih lanjut mengatakan bahwa kedutaan dan misi India di luar negeri menjalin hubungan dengan pemerintah negara, industri swasta, asosiasi, industri farmasi, dan lainnya di negara-negara tersebut untuk mendapatkan kebutuhan medis yang diperlukan guna memenuhi kebutuhan India di “masa yang belum pernah terjadi sebelumnya dan krusial ini.”
Menurut Shringla, meski beberapa penerbangan kargo dari beberapa negara, termasuk Rusia, telah tiba di India, banyak penerbangan lainnya diperkirakan akan mendarat dengan membawa banyak pasokan medis, terutama peralatan penghasil oksigen, dalam beberapa hari ke depan.
Dia mengatakan bahwa saat ini kapasitas produksi remdesivir India mencapai sekitar 67.000 ampul dalam sehari, dan kapasitasnya dapat ditingkatkan hingga 300.000-400.000.
“Kami memprioritaskan beberapa hal tertentu, oksigen cair merupakan salah satu hal yang menjadi prioritas. Kami juga mencatat kebutuhan akan segala jenis peralatan yang memproduksi oksigen, seperti generator oksigen, konsentrator, tabung kriogenik, peralatan transportasi untuk oksigen,” papar sang menlu.
“Kami juga membutuhkan beberapa produk farmasi yang mendesak seperti remdesivir dan tocilizumab. Meskipun kami memproduksi remdesivir, produksinya belum cukup untuk memenuhi kekurangan yang mendesak karena tingginya permintaan,” tambahnya. [Xinhua]