WASHINGTON – Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang keanekaragaman hayati yang akan diadakan di Kota Kunming, China, akan berperan penting dalam menetapkan cetak biru perbaikan krisis keanekaragaman hayati dunia selama satu “dekade penentu” ke depan, kata seorang pakar Amerika Serikat (AS).
James Roth, wakil presiden senior urusan pemerintah dan kebijakan global di Conservation International (CI), sebuah organisasi nirlaba internasional yang berbasis di AS dengan misi untuk meningkatkan keanekaragaman hayati global dan kesejahteraan manusia, menyampaikan pernyataan tersebut dalam wawancaranya dengan Xinhua pada Selasa (5/10).
Bagian pertama dari pertemuan ke-15 Konferensi Para Pihak Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati (UN Convention on Biological Diversity/COP15) siap dibuka pada Senin (11/10) baik secara online maupun offline. Pertemuan tersebut akan meninjau “kerangka kerja keanekaragaman hayati global pasca-2020” guna merancang cetak biru pelestarian keanekaragaman hayati di masa depan.
“Pertemuan ini menunjukkan banyak informasi tentang level komitmen yang ditunjukkan dunia terhadap perbaikan krisis keanekaragaman hayati. Dan bahwa China telah sungguh-sungguh mengikuti jalurnya dan sedang mencoba memastikan bahwa … COP15 akan berhasil,” tutur Roth.
“Periode 2020 hingga 2030, yang telah dinyatakan sebagai dekade penentu, merupakan peluang kita untuk memperbaiki berbagai hal, melangkah maju untuk menyetujui kerangka kerja keanekaragaman hayati global pasca-2020,” urainya.
“Deklarasi Kunming, menurut pendapat kami, merupakan peluang bagi pemerintahan di seluruh dunia untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap level ambisi yang perlu direfleksikan dalam teks kerangka kerja keanekaragaman hayati 2020,” katanya.
“Menurut saya, mencapai kondisi nature positive pada 2030 sangatlah penting. Upaya apa pun yang kurang dari itu dalam kerangka kerja akan menjadi peluang yang hilang untuk menunjukkan seberapa penting alam bagi manusia, bagi bisnis, serta bagi kesehatan planet kita,” lanjut Roth. Nature positive berarti upaya untuk membalikkan kemerosotan keanekaragaman hayati yang terjadi saat ini.
“Krisis keanekaragaman hayati dan iklim dunia yang sudah terjadi tidak akan berhenti selama berbagai tantangan global (masih ada). Upaya kerja keras semua negara adalah untuk terus melangkah maju,” ujar Roth, yang mengimbuhkan bahwa “kami senang China memberikan perhatian yang besar pada isu tersebut.”
Roth, yang mengawasi tim Kebijakan Internasional dan Urusan Pemerintah AS di CI, mengatakan bahwa pandemi COVID-19 membutuhkan kerja sama internasional dalam menghadapi tantangan global, seperti perubahan iklim, demi kesejahteraan umat manusia.
Mengatakan bahwa pandemi menyoroti dunia yang saling terinterkoneksi, Roth berkata, “Kita tidak hanya harus memiliki komitmen dari negara-negara yang memiliki bentang alam dan geografi yang kaya karbon dan keanekaragaman hayati, tetapi kita juga membutuhkan komitmen keuangan dari negara-negara yang lebih kaya.”
“Krisis keanekaragaman hayati dan krisis iklim sama-sama menjadi pusat perhatian. Kepunahan spesies, degradasi habitat, dan hilangnya manfaat yang diberikan alam menjadi bagian dari krisis ini,” urainya.
“Ilmu pengetahuan menunjukkan dengan jelas tentang hal ini dan kami berpikir bahwa solusinya juga jelas … kita sangat terdorong oleh bagaimana berbagai negara di seluruh dunia, termasuk China, mengambil tindakan ambisius dalam menanggapi ilmu pengetahuan yang memerinci hilangnya keanekaragaman hayati,” papar Roth.
COP15, yang sempat tertunda dua kali lantaran pandemi, akan terdiri dari dua bagian. Bagian kedua akan diselenggarakan pada paruh pertama 2022 dengan komponen yang sepenuhnya dilaksanakan secara offline. [Xinhua]