KUNMING – Sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dari China dan negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada Senin (27/9) membentuk jaringan untuk melindungi hutan bakau sebagai bagian dari upaya mereka dalam mengatasi perubahan iklim dan mengupayakan pembangunan berkelanjutan.
Sejumlah LSM tersebut, meliputi lebih dari 10 yayasan dan lembaga penelitian dari kedua belah pihak, juga mengeluarkan inisiatif untuk konservasi hutan bakau China-ASEAN di Kunming, ibu kota Provinsi Yunnan, China barat daya.
Inisiatif ini dibuat pada Forum LSM paralel di pertemuan ke-15 Konferensi Para Pihak Konvensi Keanekaragaman Hayati (COP15), yang resmi dibuka pada Senin di Kunming.
Inisiatif itu termasuk menghentikan penebangan hutan bakau secara ilegal, melakukan restorasi secara ilmiah, mempromosikan ekosistem hutan bakau yang sehat, memperkuat kolaborasi regional untuk menahan hilangnya keanekaragaman hayati, serta menjajaki jalur dan arah baru untuk tata kelola regional.
Hutan bakau berperan penting dalam melindungi ekosistem pesisir. Namun, akhir-akhir ini konservasi hutan bakau global menghadapi tantangan karena perkembangan ekonomi dan aktivitas manusia, kata para pakar di forum tersebut.
China dan kawasan ASEAN merupakan wilayah utama penyebaran hutan bakau, dan kedua belah pihak telah secara aktif melakukan konservasi hutan bakau serta memperkuat dialog dan komunikasi. Hal ini berperan penting dalam perlindungan hutan bakau dan keanekaragaman hayati laut di dunia, sebut para pakar.
Forum LSM paralel dihadiri secara daring dan luring oleh 400 lebih perwakilan dari pemerintah, LSM, perusahaan, dan masyarakat umum dari 30 lebih negara. [Xinhua]