KUNMING – Sebelum berangkat ke Kunming, Chu Wenwen, seorang ahli konservasi satwa liar dari Daerah Otonom Uighur Xinjiang di China, telah ratusan kali berlatih pidatonya di depan sebuah sarang berang-berang.
Sebagai perwakilan kaum muda dalam pertemuan ke-15 Konferensi Para Pihak Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati (UN Convention on Biological Diversity/COP15), Chu menceritakan bagaimana jutaan anak muda pasca-1990-an di China telah membuat perbedaan bagi berang-berang yang terancam punah.
Terdaftar sebagai hewan kelas satu yang dilindungi negara di China, berang-berang Mengxin merupakan satu-satunya spesies berang-berang yang hidup di China dan hanya ditemukan di sepanjang Sungai Ulungur di Prefektur Altay, Xinjiang.
“Melalui upaya bersama oleh lebih dari satu juta anak muda di China, jumlah sarang berang-berang telah meningkat dari 162 menjadi 190 selama empat tahun terakhir. Ini merupakan lonjakan sebesar 20 persen untuk populasi hewan itu,” ujarnya, yang nyaris tidak dapat menahan kegembiraannya saat berpidato dalam pertemuan pembukaan itu pada Senin (11/10).
Sejak berusia dua tahun, Chu telah mengikuti jejak ayahnya yang terlibat dalam penelitian satwa liar. Dia menghabiskan seluruh masa kecilnya di Pegunungan Altai, Xinjiang. Karena tidak ada anak-anak lain di stasiun lapangan itu, berang-berang, macan tutul salju, kuda liar, lynx (spesies kucing liar), elang emas, dan beruang coklat menjadi “teman baiknya.”
Saat berusia tujuh tahun, Chu mendapatkan kamera SLR pertamanya. Sejak saat itu, dia telah mengambil foto yang tak terhitung jumlahnya saat mengikuti sang ayah bertugas melindungi lingkungan.
Pada 2015, dia mendirikan sebuah studio fotografi alam dan telah mengabadikan lebih dari 75.000 klip video dan foto satwa liar yang berharga. Pada tahun berikutnya, dirinya mendaftarkan sebuah asosiasi konservasi alam, memfokuskan pekerjaannya pada berang-berang.
Berang-berang Mengxin merupakan spesies yang dapat memperbaiki lingkungan ekologis. Mereka membangun bendungan yang menjadi habitat kecil bagi ikan dan burung serta menarik lebih banyak spesies seperti predator kecil dan serangga. Oleh karena itu, setiap bendungan berang-berang menyediakan habitat baru bagi hewan liar dan membantu menumbuhkan tingkat keanekaragaman hayati, ujar Chu kepada Xinhua.
Pada 2017, Chu lulus dari universitas di Beijing, dan tidak seperti kebanyakan teman sekelasnya yang memilih untuk menetap, dia kembali ke kampung halamannya karena rasa cintanya pada alam.
“Awalnya, saya sering melihat berang-berang mati karena memperebutkan habitat di Sungai Ulungur. Mereka sangat ketat dengan habitatnya, dan hanya akan bersarang di daerah yang banyak makanan,” katanya. Semak dedalu (willow) merupakan sumber makanan terpenting mereka, namun jumlahnya kian berkurang di daerah tersebut pada waktu itu.”
Pada 2018, Chu memprakarsai program kantin berang-berang, yang menarik lebih dari satu juta pengguna internet untuk menyumbangkan uang camilan mereka.
Sebuah kantin super dengan sekitar 400.000 semak willow dibangun dengan uang camilan dari para warganet pasca-1990-an dan bahkan pasca-2000-an. Chu disebut sebagai “putri berang-berang” oleh para pengikutnya di platform media sosial.
Satu semak willow dapat dibeli seharga satu kaleng cola, enam semak seharga satu cangkir kopi, dan hingga 10 semak seharga satu hidangan ayam goreng, jelas Chu.
Pada tahun yang sama, asosiasi konservasi alam Chu menerima pengakuan resmi dari pemerintah setempat dan ditingkatkan menjadi asosiasi konservasi alam Altay.
Asosiasi tersebut memprakarsai proyek “penjaga berang-berang”, yang melatih dan mempekerjakan penggembala setempat dari 190 rumah tangga sebagai petugas patroli konservasi. Untuk menyelamatkan nyawa hewan liar yang terluka, mereka meluncurkan proyek “bahtera berang-berang” dengan dukungan dari pemerintah setempat. Pada musim dingin mendatang, sebuah pusat penyelamatan satwa liar profesional di Pegunungan Altai akan mulai beroperasi.
“Saya beruntung hidup di era yang hebat di mana para anak muda dapat mewujudkan aspirasinya sementara negara sangat mendukung pelestarian alam,” ujarnya. [Xinhua]