JOHANNESBURG – Tiga bulan terakhir, atau pada kuartal kedua (Q2) tahun ini, menjadi periode yang brutal bagi kaum perempuan di Afrika Selatan saat 10.006 perempuan diperkosa antara April hingga Juni 2021, menurut data statistik yang dirilis pada Jumat (20/8) di Pretoria.
“Angka ini menunjukkan kenaikan 4.201 kasus, atau 72,4 persen, dibandingkan periode pelaporan sebelumnya yang timpang,” kata Menteri Kepolisian Afrika Selatan Bheki Cele.
Dia mengatakan bahwa membandingkan kedua periode tersebut akan membuat data statistik terlihat timpang karena lockdown ketat pada 2020 sangat membatasi kebebasan maupun pergerakan, sehingga mengakibatkan angka kejahatan yang lebih kecil.
Menurut statistik, jika angka terbaru itu dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019, maka terdapat peningkatan 2,8 persen pada jumlah kasus pemerkosaan.
Kepada media, Cele mengatakan sampel yang terdiri dari 5.439 kasus pemerkosaan menunjukkan bahwa 3.766 di antaranya terjadi di rumah korban atau rumah pemerkosa, sedangkan 487 kasus merupakan pemerkosaan yang berkaitan dengan kekerasan rumah tangga.
Data statistik ini mengungkap bahwa kantor polisi Inanda di KwaZulu-Natal, disusul oleh Delft di Tanjung Barat, dan Lusikisiki di Tanjung Timur mencatat angka kasus pemerkosaan tertinggi di negara tersebut.
Antara April hingga Juni, sebanyak 5.760 orang tewas terbunuh selama periode yang sama. Ini menunjukkan kenaikan angka pembunuhan sebesar 66,2 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020, atau 6,7 persen jika dibandingkan kuartal pertama (Q1) 2019.
Cele mengatakan lebih dari 2.500 orang tewas terbunuh di ruang publik, termasuk lapangan terbuka, area parkir, dan bangunan terbengkalai. Lebih dari 1.300 pembunuhan terjadi di rumah korban.
Pakar gender Lisa Vetten menyampaikan bahwa angka tersebut menunjukkan peningkatan kasus kejahatan dengan kekerasan. Dia melanjutkan meskipun polisi dapat melakukan banyak upaya dalam mencegah pemerkosaan berantai, pencegahan kasus pemerkosaan di rumah jauh lebih rumit.
Dia menambahkan bahwa masalah terkait laboratorium forensik DNA harus diselesaikan. “Peningkatan kejahatan dengan kekerasan ini sangat mengkhawatirkan,” tuturnya kepada Xinhua.
Menanggapi data statistik ini, juru bicara Komisi Kesetaraan Gender Javu Baloyi mengatakan kepada Xinhua bahwa laporan kejahatan tersebut sangat mengerikan.
“Laporan ini merupakan peringatan. Kami berharap angka tersebut akan turun,” ujarnya. Dia melanjutkan bahwa polisi seharusnya “memprioritaskan” kasus kekerasan berbasis gender. [Xinhua]