KINSHASA – Ribuan penduduk Republik Demokratik (RD) Kongo yang mencari pengungsian di Rwanda sedang dalam perjalanan pulang setelah aliran lahar dari gunung berapi Nyiragongo berhenti, kata Kementerian Manajemen Darurat Rwanda pada Minggu (23/5).
“Pagi ini, setelah aliran lahar dari gunung berapi Nyiragongo berhenti, sebagian besar warga Kongo yang dievakuasi ke Rabavu kembali ke rumah. Rwanda menerima sekitar 8.000 orang tadi malam,” cuit kementerian itu melalui media sosial Twitter.
Juru bicara pemerintah Patrick Muyaya mengatakan sedikitnya 15 orang tewas saat mencoba menghindar dari ancaman lahar.
Sembilan orang tewas dalam kecelakaan truk terguling, sementara empat korban lain adalah tahanan yang mencoba melarikan diri dari penjara pusat Munzenze di Goma, kata juru bicara itu, sembari menambahkan bahwa dua orang lainnya tewas terbakar pada Minggu pagi.
Sejumlah helikopter misi penjaga perdamaian PBB di RD Kongo terus melakukan penerbangan pengawasan pascaletusan di atas kawah untuk memantau situasi dari dekat.
Otoritas RD Kongo belum merilis perkiraan kerusakan kolateral akibat letusan itu. Muyaya tetap mengimbau warga untuk menghindari kegiatan yang tidak penting, karena aktivitas seismik di kawasan tersebut masih dapat menimbulkan kerusakan.
Tepat setelah gunung berapi itu mulai menunjukkan aktivitas pada Sabtu (22/5) sekitar pukul 19.00 waktu setempat (Minggu pukul 01.00 WIB), langit malam Kota Goma di wilayah timur negara itu, yang memiliki populasi hampir 2 juta, diterangi nyala api berwarna jingga. Pasokan listrik di sebagian besar kota itu pun terputus.
Menurut otoritas setempat, aliran laharnya berhenti pada Minggu sekitar pukul 04.00 waktu setempat atau pukul 10.00 WIB di pinggiran Goma. Dewan Pengungsi Norwegia memperkirakan sekitar 600 rumah dan 5 sekolah hancur akibat aliran lahar tersebut.
Goma merupakan rumah bagi dua gunung berapi aktif, Nyamulagira dan Nyiragongo. Letusan besar terakhir Nyiragongo terjadi pada 2002 yang menewaskan sekitar 250 orang dan memaksa ribuan orang mengungsi. [Xinhua]