KUNMING – Saat kawanan gajah liar Asia melanjutkan migrasinya di Provinsi Yunnan, China barat daya, otoritas setempat berupaya melacak dan mengarahkan kawanan tersebut agar tidak berpapasan dengan penduduk.
Kawanan gajah itu baru-baru ini telah menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 500 km dari hutan asal mereka di Prefektur Otonom Etnis Dai Xishuangbanna menuju Kunming, ibu kota Provinsi Yunnan, yang berpopulasi 8,46 juta jiwa.
Pada Selasa (8/6) sekitar pukul 23.15, sebanyak 14 ekor gajah memasuki daerah Shijie di Kota Yuxi. Mereka terlihat beristirahat di Yuxi pada Rabu (9/6) sekitar pukul 11.00, menurut komando lapangan yang bertugas memantau migrasi kawanan itu.
Pada Rabu pukul 17.00, kawanan gajah itu bergerak 3,7 km semakin jauh ke arah barat daya.
Seekor gajah jantan, yang memisahkan diri dari kawanannya lima hari lalu, saat ini terpisah sekitar 12 km di sebuah hutan di Anning, kota setingkat kabupaten di bawah pemerintahan daerah Kunming. Semua gajah itu dalam kondisi sehat dan aman.
Masih belum jelas mengapa mereka meninggalkan cagar alam habitat mereka. Namun, dalam perjalanannya, gajah-gajah itu melintasi hutan, mengarungi sungai, menjelajahi desa dan kota, menerobos pertanian, dan menyerbu ladang tanaman pangan.
Guna memastikan keselamatan penduduk setempat maupun kawanan gajah, hampir 1.300 orang, 329 truk tanah dan kendaraan darurat, serta 11 drone dikerahkan pada Rabu. Sekitar 2,1 ton makanan telah disiapkan untuk gajah-gajah itu dan lebih dari 11.000 penduduk dievakuasi.
Hingga saat ini belum ada laporan korban jiwa.
Pada Rabu yang sama sekitar pukul 13.15, armada yang terdiri dari 20 lebih truk tanah yang digunakan sebagai barikade untuk mencegah kawanan gajah memasuki daerah berpenduduk masih menepi di pinggir jalan di Xiyang, Kunming, tempat kawanan itu beristirahat selama hujan badai yang berkepanjangan.
Tak lama, armada menerima perintah terbaru dan meninggalkan Xiyang untuk menuju Kota Yuxi.
He Guoyong, salah seorang sopir truk tersebut, bercerita dirinya sudah bekerja selama sekitar sepekan, makan dan tidur di kendaraannya.
“Kami bersedia mengerahkan tenaga karena kami membantu mencegah kemungkinan terjadi konflik antara manusia dan gajah,” jelasnya.
Dia teringat saat berada hanya beberapa meter dari kawanan itu. “Saya tidak berani bersuara, karena gajah sangat peka terhadap suara dan bau.”
Selain “truk barikade”, pemerintah setempat juga telah menyiapkan jagung dan makanan lain untuk gajah. Mobil pemadam kebakaran juga disediakan untuk memasok air bagi kawanan gajah.
Tang Zhengfang, seorang warga Desa Gaoliangdi di Kunming, sebelumnya hanya melihat gajah di televisi.
“Mendengar gajah berkeliaran di dekat desa kami, saya cukup antusias, tetapi juga khawatir mereka tidak akan punya cukup makanan di hutan terdekat,” kata Tang.
Pria berusia 49 tahun itu secara sukarela menghubungi pemerintah setempat untuk menyumbangkan jagung guna memberi makan makhluk raksasa tersebut.
Markas besar pun mengirim truk untuk mengambil sekitar 5 ton jagung dari Tang. “Saya sungguh berharap mereka punya cukup makanan dan minuman dalam perjalanan pulang,” kata Tang.
Menurut Zhou Wei, seorang pejabat di Xiyang, mereka telah memberikan informasi kepada penduduk desa, memperkenalkan kebiasaan hidup gajah, serta undang-undang dan peraturan terkait perlindungan satwa tersebut.
China telah melakukan berbagai upaya untuk melindungi satwa liarnya, termasuk gajah Asia. Berkat peningkatan upaya perlindungan, populasi gajah liar di Yunnan kini berkembang menjadi sekitar 300 ekor, naik dari 193 ekor pada 1980-an.
Sejauh ini, Yunnan mendirikan 11 cagar alam tingkat regional atau nasional guna menyediakan perlindungan bagi gajah Asia. Cagar alam ini melindungi kawanan inti hewan tersebut, kata Xie Yi, profesor di Universitas Kehutanan Beijing. [Xinhua]