WASHINGTON – Kim Potter, veteran polisi wanita yang secara fatal menembak seorang pria kulit hitam berusia 20 tahun Daunte Wright dalam penyetopan lalu lintas di Brooklyn Center, Negara Bagian Minnesota, Amerika Serikat, mengundurkan diri pada Selasa (13/4), bersama dengan kepala kepolisian kota itu.
“Saya mengajukan pengunduran diri saya dari Departemen Kepolisian Brooklyn Center yang efektif dalam waktu dekat,” kata Potter (48) dalam surat yang diperoleh media setempat.
“Saya yakin ini merupakan kepentingan terbaik bagi masyarakat, departemen, dan rekan-rekan sejawat saya jika saya segera mengundurkan diri,” imbuh Potter.
Kepala Kepolisian Brooklyn Center Tim Gannon juga ikut mengundurkan diri, kata Wali kota Mike Elliott dalam jumpa pers pada Selasa sore waktu setempat.
Kendati demikian, sang wali kota mengatakan pihaknya belum menerima pengunduran diri Potter, dan kantornya masih meninjau surat tersebut. Potter telah dibebastugaskan sementara usai penembakan itu.
Sementara Gannon pada Senin (12/4) menuturkan kepada wartawan bahwa saat kejadian, Potter keliru menekan pelatuk pistol alih-alih senjata kejut listriknya, dan berdasarkan pengalaman serta pelatihannya, penembakan pada Minggu (11/4) yang menewaskan Wright itu tampaknya merupakan “penembakan yang tidak disengaja.”
“Tidak ada kesimpulan yang bisa dibuat sebelum penyelidikan selesai,” kata Asosiasi Petugas Kepolisian dan Perdamaian Minnesota dalam sebuah pernyataan yang dirilis sebelumnya pada Selasa. Mereka pun menyerukan agar aksi protes digelar secara damai.
Keluarga Wright “tidak siap menerima bahwa kejadian ini (kematian korban) merupakan sebuah kecelakaan,” ungkap Jeffrey Storms, pengacara keluarga Wright pada Selasa kepada CNN.
Pengacara keluarga Wright lainnya, Ben Crump, pada hari yang sama menyebut penembakan itu “sepenuhnya dapat dicegah” dan “tidak manusiawi.”
Pada Senin, pengunjuk rasa melanggar jam malam dan turun ke jalan untuk malam kedua menyusul kematian Wright. Polisi menembakkan gas air mata dan senjata kejut untuk membubarkan pengunjuk rasa sementara beberapa dari pendemo melemparkan “botol, kembang api, dan batu bata serta proyektil lainnya ke arah petugas keamanan publik,” menurut sebuah cuitan yang diunggah Operation Safety Net.
Brooklyn Center, kota berpenduduk sekitar 31.000 jiwa, hanya berjarak beberapa kilometer dari Minneapolis, tempat persidangan kasus pembunuhan oleh mantan petugas polisi Derek Chauvin yang menewaskan pria kulit hitam George Floyd pada Mei 2020 berlangsung.
“Kami akan memperjuangkan keadilan bagi keluarga ini, sama seperti kami memperjuangkan saudara kami,” ujar Philonise Floyd pada Selasa, kala menyampaikan belasungkawa keluarganya kepada keluarga Wright. [Xinhua]