MANILA – Langkah Australia untuk menjalin kemitraan keamanan trilateral lebih lanjut dengan Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah menimbulkan kekhawatiran terkait proliferasi nuklir dari komunitas internasional karena di bawah kesepakatan itu Australia membatalkan kontrak pembelian kapal selam dari Prancis demi kapal nuklir buatan AS.
Di bawah kemitraan keamanan baru yang diumumkan pada Rabu (15/9) lalu antara Australia, Inggris, dan AS, yang disebut AUKUS, Australia akan membangun kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi AS dan Inggris.
Australia kemudian mengumumkan bahwa pihaknya akan membatalkan kesepakatan dengan Prancis yang diteken pada 2016 lalu untuk pembelian 12 kapal selam bertenaga diesel-listrik konvensional.
Kesepakatan itu telah memicu kekhawatiran yang luas di seluruh dunia, dengan banyak pakar dan pengamat menyesali bayang-bayang panjang kesepakatan tersebut terhadap keamanan regional di Asia-Pasifik dan upaya nonproliferasi global.
AUKUS, nama kemitraan baru tersebut, “menimbulkan kecemasan (dalam bidang) keamanan” di kawasan Asia dan Pasifik, dan “menempatkan banyak negara seperti Filipina dalam skenario permainan tebak-menebak,” ujar Kepala Institut Penelitian Perdamaian, Kekerasan, dan Terorisme Filipina Rommel Banlaoi dalam sesi wawancara dengan Xinhua belum lama ini.
Banlaoi memperingatkan bahwa keputusan Washington dan London untuk membantu Australia dalam membangun kemampuan kapal selam nuklirnya dapat “mengintensifkan persaingan kekuatan besar” di kawasan tersebut.
Selain dari 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), Banlaoi menuturkan Australia juga menghadapi masalah dengan tetangga langsungnya, Selandia Baru, karena “posisi sangat kuat terkait prinsip bebas senjata nuklir” yang dianut negara itu.
Berbicara dalam sebuah webinar yang diselenggarakan oleh Pusat Kebijakan Energi Global di Universitas Columbia pada Senin (20/9), mantan perdana menteri Australia Kevin Rudd menyampaikan bahwa kesepakatan itu memiliki sejumlah kelemahan besar.
Rudd mengatakan pembatalan sepihak pemerintah Australia dari kontrak kapal selam dengan Prancis dan beralih ke kapal selam bertenaga nuklir terjadi dengan “sangat mengejutkan.”
Bukan seperti ini cara memperlakukan mitra, teman, dan sekutu Prancis, kata Rudd, yang kini menjabat sebagai presiden sekaligus CEO organisasi nirlaba Asia Society. [Xinhua]