Foto yang diabadikan pada 21 Februari 2022 ini menunjukkan Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat. (Xinhua/Liu Jie)
Para pejabat di Washington harus membuang pola pikir Perang Dingin mereka yang ketinggalan zaman di mana China dianggap sebagai “pesaing sistemik” AS, saat ancaman yang dirasakan Amerika dari China terhadap sistemnya sendiri pada dasarnya keliru, tulis Hossain Delwar, seorang kolumnis dan analis strategis terkait isu-isu internasional yang berbasis di Dhaka, Bangladesh.
HONG KONG, 18 Juni (Xinhua) — Amerika Serikat (AS) tampaknya memperkuat upaya geostrategisnya yang sudah berlangsung lama terhadap China, dan hal itu berisiko mengubah sebuah krisis menjadi konflik besar lainnya, menurut sebuah artikel opini yang diterbitkan oleh South China Morning Post (SCMP) belum lama ini.
Para pejabat di Washington harus membuang pola pikir Perang Dingin mereka yang ketinggalan zaman di mana China dianggap sebagai “pesaing sistemik” AS, saat ancaman yang dirasakan Amerika dari China terhadap sistemnya sendiri pada dasarnya keliru, tulis Hossain Delwar, seorang kolumnis dan analis strategis terkait isu-isu internasional yang berbasis di Dhaka, Bangladesh.
AS bersikap tidak bijaksana dengan memulai sebuah kebijakan pembendungan strategis, hanya berdasarkan konsep geopolitik yang sudah ketinggalan zaman bahwa kekuatan-kekuatan yang meningkat harus dibendung, papar artikel opini tersebut.
Dengan kebijakan pembendungan seperti itu, tanpa upaya apa pun untuk melibatkan Beijing, risikonya adalah krisis strategis AS-China dapat bergerak melampaui batas yang dapat diterima dan dapat dikendalikan, dengan kerugian yang tidak terhingga bagi kedua belah pihak, dan juga dunia secara keseluruhan, menurut artikel itu.
“Saat ini, China merupakan perekonomian terbesar kedua di dunia, yang terintegrasi baik secara regional maupun global. Oleh karena itu, upaya pembendungan oleh AS bukanlah pertanda baik bagi siapa pun,” ungkap artikel tersebut.
Baik China maupun AS berperan sangat besar dalam menjaga perdamaian dan kemakmuran global, dan kedua negara perlu segera berupaya menuju adaptasi politik, papar artikel itu. “Pertanyaannya adalah, akankah AS memahami hal ini sebelum terlambat?” Selesai