Presiden China Xi Jinping menyampaikan pidato utama dalam format virtual dalam upacara pembukaan Forum Bisnis BRICS pada 22 Juni 2022. (Xinhua/Ju Peng)
Kedua, kita harus saling menjangkau dan bersama-sama mempromosikan pembangunan global yang berkelanjutan. Pembangunan merupakan kunci untuk menyelesaikan berbagai masalah sulit dan memberikan kehidupan yang lebih baik kepada masyarakat. Saat ini, proses pembangunan global menghadapi hambatan besar, momentum kerja sama pembangunan internasional melemah, dan kesenjangan pembangunan antara Utara dan Selatan terus melebar. Akibatnya, upaya global untuk mengimplementasikan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan yang ditetapkan PBB mengalami kemunduran besar. Hampir 1,2 miliar orang di hampir 70 negara dihadapkan dengan COVID-19, krisis pangan, energi, dan utang. Apa yang telah dicapai dalam upaya pengurangan kemiskinan global selama beberapa dasawarsa dapat sirna.
Tahun lalu, saya mengajukan Inisiatif Pembangunan Global, dan saya mengimbau semua negara untuk mengimplementasikan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan, menjalin kemitraan pembangunan global yang bersatu, setara, seimbang, dan inklusif, serta mempromosikan kerja sama di berbagai bidang seperti pengurangan kemiskinan, kesehatan masyarakat, pendidikan, konektivitas digital, dan industrialisasi. Kita harus memperdalam kerja sama untuk menjaga ketahanan pangan dan energi dengan lebih baik. Kita harus menangkap peluang-peluang yang dihadirkan oleh revolusi ilmiah serta teknologi baru dan transformasi industri, serta mempromosikan aliran faktor produksi yang memungkinkan inovasi secara global. Kita harus membantu negara-negara berkembang mempercepat pembangunan ekonomi digital dan transformasi hijau. Kita juga harus terlibat dalam kerja sama mengenai respons COVID-19 dan menyediakan lebih banyak obat anti-COVID-19 ke negara-negara berkembang untuk mengalahkan virus itu sesegera mungkin.
Dalam dua hari, China akan menjadi tuan rumah Dialog Tingkat Tinggi tentang Pembangunan Global untuk membahas cara-cara mempromosikan pembangunan global. Kita harus menanggapi kekhawatiran masyarakat, mengejar kepentingan yang lebih besar dari semua negara, serta mengarahkan pembangunan global menuju era baru guna memberikan manfaat bagi semua.
Ketiga, kita harus bersama mengatasi berbagai kesulitan dan bersama-sama mengejar kerja sama yang saling menguntungkan. Saat ini, rantai pasokan dan industri penting sedang mengalami gangguan yang disengaja, harga-harga komoditas masih tinggi dan berfluktuasi, inflasi global terus meningkat, pasar keuangan internasional berada dalam kekacauan, dan pemulihan ekonomi global melambat. Orang-orang memiliki alasan untuk khawatir bahwa ekonomi dunia mungkin tergelincir ke dalam krisis.
Di masa kritis ini, mengatasi kesulitan bersama dan mengejar kerja sama merupakan satu-satunya cara bagi kita untuk mencegah krisis ekonomi. Kita harus bersatu dengan tujuan yang sama dan memperkuat koordinasi kebijakan makroekonomi guna mencegah perlambatan dan bahkan terhentinya pemulihan global. Negara-negara maju utama harus mengadopsi kebijakan ekonomi yang bertanggung jawab dan menghindari efek limpahan(spillover) dari kebijakan negatif yang dapat merugikan negara-negara berkembang. Sudah berkali-kali terbukti bahwa sanksi merupakan bumerang dan pedang bermata dua. Mempolitisasi ekonomi global dan mengubahnya menjadi alat atau senjata bagi satu pihak, dan menjatuhkan sanksi dengan sengaja melalui penggunaan posisi utama satu pihak dalam sistem keuangan dan moneter internasional hanya akan berakhir menyakiti kepentingan satu pihak sendiri serta pihak lain, dan menimbulkan penderitaan bagi semua pihak.
Keempat, kita harus inklusif serta bersama-sama memperluas keterbukaan dan integrasi. Pesatnya globalisasi ekonomi yang kita saksikan sejak berakhirnya Perang Dingin telah banyak mendorong pergerakan barang dan modal serta kemajuan teknologi dan peradaban. Dunia yang lebih terbuka dan inklusif akan menciptakan peluang pembangunan yang lebih besar bagi semua dan memberikan masa depan yang lebih sejahtera bagi semua.
Namun, selama beberapa waktu, globalisasi ekonomi menghadapi berbagai hambatan dan arus balik. Beberapa negara berusaha memisahkan diri dengan negara lain, memutuskan rantai pasokan, dan membangun “halaman kecil dengan pagar tinggi”. Terdapat kekhawatiran yang meluas di komunitas internasional bahwa jika kecenderungan seperti itu terus berlanjut, ekonomi global akan terkotak-kotak dan saling bersifat eksklusif. Globalisasi ekonomi merupakan sebuah respons terhadap pengembangan produktivitas dan, oleh karena itu, merupakan tren sejarah yang tak terbendung. Siapa pun yang berupaya memutar kembali roda sejarah dan menghalangi jalan pihak-pihak lain hanya akan menghalangi jalannya sendiri.