JENEWA – Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu (16/6) mengecam Amerika Serikat (AS) mengenai antara lain kontrol senjata, hak asasi manusia, dan serangan siber, usai bertemu dengan Presiden AS Joe Biden.
“Barat meyakini bahwa kebijakan Rusia tidak dapat diprediksi. Baiklah, izinkan saya membalasnya. Penarikan diri AS dari Perjanjian ABM (Anti-Ballistic Missile) pada 2002 tidak dapat diprediksi,” kata Putin dalam konferensi pers tunggalnya.
Dia mengkritik AS terkait hak asasi manusia, menyebut serangan AS di Afghanistan dan keberadaan penjara Teluk Guantanamo.
“Satu serangan saja dapat membunuh … (sekitar) 120 orang. Baiklah, kita asumsikan ini kesalahan yang terjadi dalam perang, tetapi menembak dari drone, (ke arah) kerumunan orang tak bersenjata, yang jelas-jelas kerumunan warga sipil, apa-apaan ini? Bagaimana Anda menyebut kejadian seperti itu? Dan siapa yang bertanggung jawab untuk ini?” kata Putin.
“Dan bagaimana Anda akan menyebut orang ini? Sekarang, siapa yang jadi pembunuh?” tanya presiden itu. Mengenai serangan siber, Putin mengatakan sangatlah penting bagi dunia pada umumnya “bahwa Amerika Serikat khususnya, dan juga Rusia, memiliki suara yang sama.”
Putin mencatat bahwa pihaknya belum menerima tanggapan apa pun dari AS atas permintaan Rusia terkait serangan siber tahun ini.
Gedung Putih pada Rabu mengunggah Pernyataan Bersama Presiden AS-Rusia tentang Stabilitas Strategis di situs webnya.
Pernyataan itu menyebut kedua kepala negara mengatakan bahwa kedua negara “telah menunjukkan, bahkan dalam masa ketegangan, bahwa mereka mampu mencapai kemajuan pada tujuan bersama untuk memastikan prediktabilitas di bidang strategis, mengurangi risiko konflik bersenjata dan ancaman perang nuklir.”
“Perpanjangan Perjanjian START Baru belum lama ini menunjukkan komitmen kami terhadap kontrol senjata nuklir. Hari ini, kami menegaskan kembali prinsip bahwa perang nuklir tidak dapat dimenangkan dan tidak boleh dilakukan,” papar pernyataan itu.
Pertemuan tingkat tinggi antara Putin dan Biden secara resmi dimulai pada Rabu sore di Jenewa, pertemuan pertama sejak Biden menjabat pada Januari 2021. [Xinhua]