FUZHOU, 13 Januari (Xinhua) — Konferensi Influencer Online ASEAN-China (ASEAN-China Online Influencers Conference) pertama digelar di Fuzhou, ibu kota Provinsi Fujian, China tenggara, mulai 11 hingga 13 Januari.
Acara ini diadakan secara luring dan daring serta dihadiri para diplomat dan influencerinternet dari negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) serta pembuat video yang terkenal di China. Pertukaran dan simposium mengenai kerja sama ekonomi dan people-to-people exchangeantara ASEAN dan China di tengah pandemi COVID-19 diadakan pada kesempatan ini.
Menurut Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun, para influencer onlinedan pembuat video onlinetelah berkontribusi untuk e-commercelintas negara dan juga menyampaikan pendapat mereka yang positif kepada audiensinya. Hal tersebut “dapat meningkatkan pertukaran dan kerja sama antarmasyarakat.”
Provinsi Fujian, sebagai titik tolak Jalur Sutra Maritim yang penting, memiliki sejarah dalam menjalin hubungan persahabatan dengan negara-negara ASEAN, dan kerja samanya di bidang antarmasyarakat serta perdagangan terus meningkat. Beberapa hari belakangan ini, Dubes Djauhari mengunjungi Kota Fuzhou dan menikmati kebudayaan setempat yang khas. Dalam kunjungan tersebut, sang dubes menyaksikan perkembangan live-streamingyang pesat di kota itu dan melihat bagaimana mahasiswa Indonesia yang berkuliah di China mendorong penjualan produk tanah air mereka di China via live-streaming.
“Influenceronlinemenjadi sorotan dalam ajang ini. Kita membahas bagaimana mereka memainkan peranan pentingnya dalam kerja sama ekonomi dan pertukaran kebudayaan sehingga mereka menjadi mesin pendorong dalam memperkuat hubungan ASEAN-China,” ujar Djauhari dalam pidatonya.
Asisten Menteri Luar Negeri China Hua Chunying dalam pidatonya melalui video menyatakan bahwa di era media baru ini, para influenceradalah kelompok yang paling terampil dalam bercerita dengan cara yang “hidup” di kancah internet dan media sosial. “Anda kaya inovasi dan cukup antusias, apa yang Anda ceritakan selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari rakyat awam dan emosi mereka dalam kehidupannya, mengandung ‘kebahagiaan kecil tapi nyata’ dan ‘impian besar’, sering kali membangkitkan empati dari audiensinya,” kata Hua, sembari menekankan peran tak tergantikan para influencerdalam meningkatkan rasa saling mengenal antarmasyarakat.
Harini Sondakh adalah seorang influencer onlinedari Indonesia. Menurut dia, yang paling penting adalah menilai dan mengomentari produk dengan jujur. “Misalnya, mungkin saya mendapat produk kosmetik dari China. Saya berusaha semaksimal mungkin bersikap jujur tentang produk yang saya tinjau dan rekomendasikan, sehingga follower saya mendapat informasi yang sesungguhnya. Dengan demikian, efek pengenalan produk yang saya sampaikan akan tercapai memuaskan sesuai yang saya harapkan,” kata Harini.
Sementara itu, Janjira Ananchaipattana, seorang influencer online asal Thailand yang sudah 20 tahun tinggal di Kunming, ibu kota Yunan, China barat daya, memperkenalkan masakan Thailand kepada warga China melalui platform video pendek dan telah menarik lebih dari 100.000 orang penggemar. Dalam pidatonya kali ini, Janjira menyampaikan harapannya untuk perkembangan media sosial China dan menantikan berbagi budaya kuliner Thailand, semua disampaikannya dalam bahasa Mandarin yang sangat lancar dan fasih.
Tahun 2021 yang baru saja berlalu menandai 30 tahun terjalinnya hubungan dialog China-ASEAN dan juga merupakan tahun dimulainya Kemitraan Komprehensif Strategis China-ASEAN.
“Pada kesempatan ini, saya menemukan banyak hal yang bisa saya pelajari dari teman-teman di Asia Tenggara dan juga kesamaan kami. Saya sangat menantikan lebih banyak kerja sama dengan para pembuat video dari negara-negara ASEAN,” tutur ElenaLin_Qingqing, seorang vlogger muda asal China dalam wawancaranya. Selesai.