SURIAH – Shadi Saleem akhirnya dapat melihat mimpinya terwujud ketika sebuah museum kecil yang memamerkan koleksi yang dikumpulkannya selama dua dekade diresmikan.
Berlokasi di Provinsi Sweida, Suriah selatan, museum ini dibangun oleh Saleem di sebelah rumahnya dan dihubungkan dengan pintu belakang.
Saat memasuki museum, terdapat aula kecil yang memajang pot batu kuno raksasa, dikelilingi berbagai alat pertanian kuno dan roda kayu yang dulunya digunakan untuk menggembalakan ternak di peternakan.
Melangkah ke aula utama dan satu-satunya itu, pengunjung akan disambut sepasang patung pria dan wanita dalam pakaian tradisional Sweida yang ditempatkan di kiri dan kanan aula. Keduanya memegang cangkir kopi, simbol keramahtamahan dan sambutan dalam budaya Sweida.
Saleem telah mengumpulkan sekitar 8.000 barang antik, mulai dari koin, pedang, senjata api, alat pertanian, bahkan alat penyiksaan dari masa Kesultanan Utsmaniyah (Kekaisaran Ottoman). Dia juga memiliki pistol dan helm yang pernah digunakan oleh tentara Prancis selama Mandat Prancis di Suriah.
Koleksi tertuanya, yang terbuat dari batu, bahkan berasal dari 8.000 tahun silam.
Kegemaran mengoleksi barang antik ini sudah menjadi hobi masa kecil Saleem yang diwarisi dari ayah dan kakeknya. “Sepertinya hobi ini menurun dalam keluarga,” akunya, seraya menambahkan bahwa dia tahu sejarah masing-masing koleksinya.
Sebagai pedagang yang sukses menjalankan toko kain di Sweida, Saleem mampu membiayai keluarganya sambil sesekali membeli barang antik. Ketika koleksinya semakin berkembang, dia pun harus mencari tempat untuk memajang dan melestarikannya. Demi membangun museum itu, istrinya pun rela menjual beberapa perhiasan miliknya.
“Saya membuka museum ini di tengah masa-masa sulit di Suriah dan tujuan utama saya yaitu melestarikan koleksi-koleksi ini sehingga tidak dicuri atau dijual di luar Suriah,” kata Saleem.
Menurut pandangannya, perang yang dialami Suriah dapat mencabut negara itu dari akar dan budayanya, dan karena itu perlu untuk melindungi warisan para leluhur.
“Kami telah menjadi sasaran serangan kejam yang ingin meminggirkan budaya dan sejarah negara ini,” ucap Saleem.
Meski mimpinya sudah tercapai, semangat Saleem tidak lantas padam. Dia ingin memiliki tempat yang lebih besar untuk bisa memajang dan melindungi lebih banyak lagi koleksi untuk generasi mendatang, serta bagi wisatawan asing yang suatu hari nanti akan kembali ke Suriah ketika semuanya telah berakhir damai.
“Ketika perang di Suriah sudah berakhir, kami pasti akan mengundang turis untuk mempelajari tentang warisan kami dan bagaimana kami hidup di masa lalu,” ujar Saleem. [Xinhua]