URUMQI – Mengenakan riasan indah dan pakaian bercorak bordir etnik, Janarze, seorang petani berusia 53 tahun, telah siap untuk menampilkan wiracarita (epos) Mongolia, Jangar, di hadapan para wisatawan.
“Penonton akan selalu menyambut penampilan kami dengan tepuk tangan meriah, dan mengajak kami berfoto serta bertanya lebih jauh tentang budaya kami,” kata Janarze, yang tinggal di wilayah Bohu, Daerah Otonom Uighur Xinjiang, China barat laut. Danau Bosten di sana, yang merupakan danau air tawar pedalaman terbesar di China, kerap menarik jutaan pengunjung setiap tahunnya.
Wilayah Bohu, yang berada di bawah pemerintahan Prefektur Otonom Etnis Mongol Bayingolin, telah secara aktif mempromosikan budaya Mongolia melalui industri pariwisatanya yang maju.
“Hal-hal yang saya pelajari dari keluarga saya sejak saya masih kecil, seperti musik rakyat Mongolia dan Epos Jangar, semuanya diterima dengan baik di kalangan wisatawan,” katanya.
Janarze, yang dahulu merupakan seorang petani dengan dua hektare lahan pertanian, kini menjadi seorang pewaris tingkat prefektur dari epos Mongolia tersebut sejak 2012.
“Seiring bertambahnya usia dan kedua putri saya telah menikah, saya pun menyubkontrakkan lahan tersebut dan mulai menampilkan setidaknya enam pertunjukan sepekan,” katanya. “Sebagai seorang Mongolia, sudah tanggung jawab saya untuk memperkenalkan budaya kami kepada lebih banyak orang.” Tampil untuk wisatawan juga membantu memperkaya kehidupan masa pensiun saya.”
Janarze merupakan salah satu dari 181 pewaris tingkat prefektur di wilayah Bohu, tempat sebuah pusat budaya seluas 2.000 meter persegi didirikan untuk melestarikan arsip-arsip seni dan material berharga yang berhubungan dengan budaya Mongolia.
“Kami sudah mencoba mengintegrasikan warisan budaya takbenda dengan beberapa festival, pertunjukan, dan kegiatan olahraga dalam beberapa tahun terakhir, yang membuahkan hasil saling menguntungkan. Integrasi ini telah menciptakan peluang kerja bagi sekitar 5.000 penduduk di Bohu, dengan pendapatan per kapita naik sebesar 3.000 yuan (1 yuan = Rp2.206) setahun,” kata Zhan Lijun, Direktur Biro Kebudayaan, Olahraga, Radio, Televisi, dan Pariwisata Bohu.
Pada 2019, Bohu menerima 3,86 juta kunjungan wisatawan, dengan pendapatan pariwisata mencapai 375 juta yuan,” kata Zhan. “Epidemi COVID-19 memang telah memukul ekonomi pariwisata tahun lalu, namun berkat upaya antiepidemi China yang efektif, kami diperkirakan bisa meraup 3 juta yuan dari pendapatan pariwisata tahun ini.
Zhan mengaitkan pesatnya perkembangan industri pariwisata itu dengan keamanan dan stabilitas di Xinjiang.
“Dompet yang lebih tebal dan kehidupan yang lebih baik mendorong lebih banyak orang mengunjungi Xinjiang, dan hal ini menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi promosi warisan budaya takbenda,” imbuh Zhan.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Urumqi, China. [XHTV]