[wonderplugin_video iframe=”https://www.youtube.com/watch?v=yTiMs7zKUyc” lightbox=0 lightboxsize=1 lightboxwidth=960 lightboxheight=540 autoopen=0 autoopendelay=0 autoclose=0 lightboxtitle=”” lightboxgroup=”” lightboxshownavigation=0 showimage=”” lightboxoptions=”” videowidth=600 videoheight=400 keepaspectratio=1 autoplay=0 loop=0 videocss=”position:relative;display:block;background-color:#000;overflow:hidden;max-width:100%;margin:0 auto;” playbutton=”https://www.wartabuana.com/wp-content/plugins/wonderplugin-video-embed/engine/playvideo-64-64-0.png”]
HAVANA – Konvoi mobil, sepeda motor dan sepeda pada Minggu (28/3) memadati jalan raya di tepi laut ibu kota Kuba, Havana, menuntut pencabutan embargo Amerika Serikat (AS), atau disebut “blokade” oleh penduduk setempat, yang telah berlangsung selama enam dekade terhadap pulau itu.
Ratusan pengemudi mobil, pesepeda dan pengendara sepeda motor memadati jalanan pelabuhan kota pada pagi hari sebagai bagian dari inisiatif global yang berlangsung di berbagai belahan dunia.
Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez mengatakan bahwa berbagai kegiatan solidaritas digelar di seluruh dunia untuk mengecam kebijakan sepihak terhadap negara Karibia tersebut.
“Selama pandemi COVID-19, blokade AS bukan hanya tindakan kriminal, ilegal, tidak bermoral, ekstrateritorial, dan pelanggaran berat terhadap hukum internasional, tetapi kita juga harus menekankan karakter genosidanya,” tuturnya.
Sembari memegang bendera nasional dan berbagai spanduk untuk mendukung pemerintah Kuba, para peserta disambut oleh penduduk setempat dari balkon dan pintu gerbang.
Saat melewati gedung Kedutaan Besar AS di dekat dinding laut, para pengendara sepeda motor dan sepeda, pengemudi mobil dan penumpang di konvoi itu meneriakkan slogan-slogan patriotik.
Pertama kali diberlakukan pada 1962, embargo terhadap Kuba semakin diintensifkan oleh pemerintahan mantan presiden Donald Trump, yang melarang penerbangan AS ke kota-kota di Kuba kecuali Havana, melarang kapal pesiar dan yacht AS mengunjungi negara Karibia tersebut, dan membatasi pengiriman uang yang dikirim warga keturunan Kuba-Amerika ke keluarga mereka di negara itu.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Havana. (XHTV)