WARTABUANA – Sebagai seniman, Dewa Budjana menuangkan rasa dalam menyikapi situasi di sekitarnya dalam bentuk komposisi di album terbaru “Zentuary”. Dewa Budjana juga akan menggelar konser dan sekaligus peluncuran album terbarunya di Taman Tebing Breksi, kawasan perbukitan seputar kompleks Candi Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada tanggal 25 November 2016 mendatang.
“Dalam situasi gonjang-ganjing itu kita perlu tempat yang teduh…” kata Budjana di hadapan sejumlah awak media saat jumpa pers di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (16/11/2016).
Lebih lanjut, lelaki kelahiran Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, 30 Agustus 1963 ini menerangkan, komposisi dalam Zentuary merupakan sebuah tawaran yang disodorkan kepada sesama seniman jazz.
“Di dalam komposisi itu terkandung gagasan, pemikiran, perenungan, keprihatinan, emosi, gejolak jiwa “Tapi, aku tak menuliskannya dengan kata-kata, melainkan dengan melodi,” ungkapnya.
Kemudian terjadi semacam sharing atau berbagi gagasan lewat penafsiran personal masing-masing musisi yang terlibat dalam album ini. Jack DeJohnette dan kawan-kawan mendengarkan apa yang hendak dikatakan Budjana. Mereka membaca, menginterpretasi, lalu badialog lewat bahasa musik.
Dalam musik, dikatakan Budjana, perbedaan latar belakang para musisi luluh. “Dengan musik semuanya akan menjadi lebih mudah. Yang paling abstrak pun di dunia (nyata) sulit bertemu, tapi di dalam musik bisa diketemukan dengan mudah. Chord-chord mayor misalnya, bisa ditabrakkan dengan chord minor,” jelasnya.
Seperti musik dalam album ini, demikian juga laku hidup Budjana selama puluhan tahun sebagai seniman dan selaku pribadi dalam kehidupan sehari-hari. Selalu ada tempat bening dan teduh untuk meluluhkan, mengendapkan segala hiruk pikuk kehidupan.
Ketika ditanya, mengapa Zeiram? Dengan tenang, Budjana menjawab, “Zentuary dengan menggabungkan kata-kata Zen dan Sanctuary, yang bagi saya adalah rangkuman perjalanan seumur hidup saya.”
Menurut Budjana, sepanjang perjalanan hidup yang ia lalui bersama musik yang ia tekuni. “Setiap awal pasti akan memiliki akhir, terlepas dari sebuah keinginan yang bertentangan, saya percaya Zen adalah titik awal dan akan selalu menjadi titik awal di tempat kudus,” tuturnya.
Digambarkan melalui karya ini, perjalanan hidup Dewa Budjana dalam bermusik telah menghasilkan ribuan tanggapan emosional baik itu kebahagiaan maupun kesedihan dengan berani ia hadapi berbagai macam tantangan dan rintangan, bahkam sering mengalami situasi-situasi yang sulit.
Banyak hal yang sudah dialami dan mampu diatasinya. Semua itu tercermin dalam pembuatan musik di album ini. Sesi album adalah bagian dari sebuah perjalanan yang sangat mengesankan dalam hidup Dewa Budjana, Zentunry adalah sebuah refleksi.
Sebagian besar masyarakat ”mungkin” hanya mengetahui Dewa Budjana sebagai gitaris grup Band Gigi dibandingkan dengan solo albumnya, sebenarnya pria kalem yang mulai jatuh cinta dengan gitar saat berusia sebelas tahun ini sudah memiliki delapan album: dan akhir Tahun 2016 akan beredar album ke 9 dan album ke 10 (double album). Dewa Budjana, sebagai musisi yang cukup disegani dan pernah berkolaborasi dengan drummer Antonio Sanchez sosok yang menggarap illustrasi musik film peraih Oscar “Birdman”.
Konser sekaligus peluncuran album terbaru Zentuary dengan Label Favored Nations Entertainment akan rilis di seluruh dunia dan konsernya live streaming di media sosial seperti: Youtube, Facebook, Periscope dan lokasi Taman Tebing Breksi kawasan perbukitan Prambanan, Kabupam Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam pagelaran Zentuary produksi oleh LEMMON Production ini, Dewa Budjana didukung Saat Syah, Marthin Siahaan, Shadu Rasyidi, lrsa Deswiti, Demaz Narawangsa, Jalu Pratidina, Regu Danna, Sruti Respati, Asterika Widiantini dan musisi lokal Yogyakarta seperti di antaranya Singgih Sanjaya, String Orkestra dan Anon Suneko Omah Gamelan. []