JAKARTA, WB – Tercatat ada 600 kejadian longsor selama tahun 2014-2015. Bahkan 50 persen wilayah di Jawa Barat adalah rawan longsor tinggi. Bencana longsor juga dinilai menjadi bencana yang paling mematikan akhir-akhir ini. Penyebabnya dikarenakan selesai tanggap darurat, semua pihak yang terlibat lupa untuk memperbaiki agar longsor tidak berulang kembali.
Seperti keterangan pers yang diterima Wartabuana.com dari Kepala pusat data dan informasi Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Kapusdatin Humas BNPB) Sutopo Purwo Nugroho musibah longsor yang terjadi Selasa kemarin di Pangalengan, Jawa Barat menewaskan enam orang dan tiga jiwa lainnya sampai hari ini masih tertimbun.
“Tanah longsor di daerah Pangalengan menyebabkan 170 orang mengungsi,” ujar Sutopo di Jakarta, Senin (11/5/2015).
Dia menilai bencana longsor di Pangalengan Kabupaten Bandung pada (5/5) hampir sama dengan longsor di Tenjolaya, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung pada 23 Februari 2010. Keduanya sama-sama berada di perkebunan teh yang menimbun rumah pekerja kebun teh.
“Hujan menyebabkan retakan di punggung bukit, kemudian longsor meluncur ke bawah menghantam permukiman sejauh sekitar 1,2 km dengan lebar timbunan longsor 300 meter dan tebal 4 meter. Jenis tanah sama yaitu vulkanik dengan solum tebal, telah lapukan, dan dibagian bawah kontak dengan lapisan batuan dasar sebagai bidang gelincir longsor,” jelas dia.
Namun, bedanya lanjut dia longsor Pangalengan disertai dengan ledakan pipa panas bumi, sedangkan di Ciwidey tidak ada kaitan dengan pipa panas bumi.
“Korban longsor Ciwidey 33 orang tewas, 11 orang tertimbun, dua orang terluka, dan 200 orang mengungsi,” imbuhnya.
Hal senada juga disampaikan Kepala BNPB Syamsul Maarif, Jawa Barat merupakan kawasan yang rawan longsor. Menurutnya masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor harus dilatih melalui pembentukan kelompok siaga bencana.
“32 unit rumah di Kampung Cibitung, Kecamatan Pangalengan yang saat ini sebagian terkena longsor harus direlokasi ditempat yang aman,” katanya.
Selanjutnya peran pemerintah dalam musibah ini jelas dia perlu merencanakan tata ruang wilayah dalam dunia usaha seperti PT Star Energy dan Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) juga melakukan mitigasi bencana dengan memasang Early Warning System (EWS) atau sistem deteksi dini longsor dan melakukan mitigasi bencana. []