JAKARTA, WB – Ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berpotensi hingga akhir November 2015 jika pencegahan tidak dilakukan dengan keras dan tegas. Karena itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menambah helikopter water bombing untuk padamkan api dan asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera dan Kalimantan. Total ada 21 pesawat dan helikopter water bombing untuk operasi udara, yaitu 19 heli water bombing, 2 pesawat Air Tractor water bombing, dan 4 pesawat hujan buatan.
“Dari 19 heli tersebar di Riau 3 unit, Jambi 4, Sumatera Selatan 5, Kalbar 2, Kalimantan Tengah 3, dan Kalimantan Selatan 2. Dua pesawat Air Tractor dari Kementerian LHK ditempatkan di Sumatera Selatan, sedangkan 4 pesawat hujan buatan digelar di Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Operasi udara ini adalah yang terbesar dibandingkan tahun 2014 dalam mengatasi karhutla. Tahun 2014, operasi udara didukung 12 heli dan 3 pesawat hujan buatan,” demikian disampaikan Kapusdatin Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya, Jakarta, Senin (28/9/2015).
Untuk operasi darat, sambung Sutopo saat ini dikerahkan 20.837 personil tim gabungan dari BNPB, BPBD, TNI, Polri, Manggala Agni, Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api dan lainnya.
“Sebanyak 3.773 personil TNI dari pusat diperbantukan di Riau 1.444 personil, Sumatera Selatan 1.294 personil, Kalimanta Tengah 500 personil, dan Kalimantan Selatan 535 personil. Sedangkan Polri dari satuan Brimob dan Penyidik dari pusat yang dikerahkan 770 personil,” papar Sutopo.
Menurut Sutopo cuaca kering, terbatasnya air dan sarana prasarana serta luasnya wilayah yang terbakar menjadi kendala dalam pemadaman. Api yang sudah padam terbakar kembali karena gambut terbakar di bawah permukaan. Selain itu, pembakaran juga masih terjadi di lahan pertanian, perkebunan dan semak belukar.
“Kondisi demikian menyebabkan jarak pandang pendek. Pada Senin (28/9) pukul 15.00 WIB, jarak pandang di Palangkaraya 400 m, Muara Teweh 100 m, Pontianak 600 m, Jambi 400 m, Pekanbaru 1.000 m, Rengat 300 m, Kerinci 400 m, dan Palembang 2 km. Kualitas udara seperti ISPU di Pontianak 705 (Berbahaya), Palangkaraya (Berbahaya), Palembang 261 (Sangat Tidak Sehat), dan Pekanbaru 208 (Tidak Sehat). []