WARTABUANA – Biksu Buddha Ashin Wirathu adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam tragedi pembantaian dan pengusiran Muslim Rohingya. Penampilannya yang bersembunyi dibalik pakaian biksu bertolak belakang dengan perbuatannya.
Ashin disebut sebagai penggerak kaum Buddha di Myanmar menyerang Muslim Rohingya. Bahkan media barat mulai dari Majalah Time, New York Times, sampai Washington Post menjulukinya sebagai “pembenci muslim”. Bahkan Majalah Time menyebut sosok Ashin sebagai Bin Laden dari Burma.
Ashin dengan terang-terangan di depan `jamaah`nya dalam ceramah di sebuah kuil menyebut Muslim Rohingya sebagai musuh. New York Times menulis jelas bagaimana kebencian Ashin pada kaum Rohingya. “Saya bangga disebut sebagai umat Buddha garis keras,” tutur Ashin kepada New York Times.
Hingga sekarang kondisi muslim Rohingya semakin mengkhawatirkan. Mereka terusir dari rumah mereka di Myanmar. Pemerintah setempat pun bahkan tak bisa berbuat banyak terhadap kekerasan yang terjadi. Mereka memilih untuk pergi menjadi pengungsi.
Ashin menyebarkan kebencian ke tengah masyarakat Myanmar. Dia menanamkan ketakutan suatu saat kelompok Muslim minoritas akan menguasai negara yang dulu dikenal dengan nama Burma itu.
Sepuluh tahun lalu, publik belum pernah mendengar nama biksu dari Mandalay tersebut. Pria kelahiran 1968 itu putus sekolah pada usia 14 tahun. Setelah itu, dia memutuskan untuk menjadi biksu.
Nama Ashin mencuat setelah dia terlibat dalam kelompok ekstremis antimuslim “969” pada 2001. Karena aksinya, pada 2003 dia dihukum 25 tahun penjara. Namun, pada 2010 dia sudah dibebaskan bersama dengan tahanan politik lainnya.
Setelah peraturan Pemerintah Myanmar melonggar, Ashin makin aktif bersuara di media sosial. Ashin menyebarkan pesan melalui rekaman ceramah yang diunggah di YouTube dan Facebook. Sampai saat ini, dia berhasil menjaring sekira 37 ribu pengikut.
Pada 2012, ketika pertumpahan darah antara Rohingya dan Buddhis terjadi di Provinsi Rakhine, Ashin semakin dikenal dengan pidato penuh amarahnya. Ceramah dia selalu dimulai dengan kalimat yang berbunyi, “Apapun yang kamu lakukan, lakukanlah sebagai seorang nasionalis”.
Ashin Wirathu menyebarkan ajaran kebencian dalam setiap ceramahnya. Dia selalu menyasar komunitas Muslim, seringkali dia memojokkan Rohingya. Pria inilah yang memimpin demonstrasi yang mendesak orang-orang Rohingya direlokasi ke negara ketiga.
Ashin memimpin sekelompok massa yang berani melakukan kekerasan demi mempertahankan pandangannya. Siapa saja yang mentang akan diserang pendukungnya. Masyarakat sesungguhnya takut dengan kekejaman kelompok Ashin. Namun, Ashin tetap mendapat dukungan banyak orang mengenai status kewarganegaraan Rohingya.
Banyak orang ingat peristiwa pada 2007 di Myanmar. Saat itu, para bisku buddha memimpin perlawanan terhadap kekuasaan mliter di Myanmar. Pesan Ashin saat itu tidak mendapat dukungan banyak orang.
Ashin memimpin lebih dari 2.500 biksu di biara Mandalay. Ketika ia menyelenggarakan konferensi mengenai perlindungan perempuan, para biksu memenuhi biaranya.
Setelah hampir setengah abad dikuasai militer, kini Myanmar dipimpin oleh warga sipil. Namun, bentrokan antar agama memperlambat reformasi negara itu.
Sebagian orang percaya, Ashin diterima pemerintah kareana dia menyuarakan pendapat soal pandangan-pandangan populer, misalnya soal Rohingya. Ashin seolah menjadi corong pemerintah yang tidak bisa menyuarakan keinginannya sendiri karena alasan diplomatik. []