JAKARTA, WB – Peredaran beras sintetis (plastik) kian menghawatirkan. Pasalnya peredaran bukan hanya dikalangan pedagang, melainkan juga sudah merambah dan bercampur dengan beras miskin (raskin).
“Untuk sementara pihak desa menahan beras raskin dari Bulog Palumbonsari. Karena sebelumnya saya dikontak TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan) agar jangan dulu disebar ke masyarakat,” ujar sekretaris Desa Pancakarya, Kecamatan Tempuran, Maman Kadarisman.
Beras untuk kalangan tidak mampu itu, diketahui telah bercampur dengan beras plastik, padahal raskin tersebut rencananya akan didistribusikan Sabtu (23/5).
Namun sebelum dilakukan pendistribusian, dua jam sebelum didistribusikan, Maman dan perangkat desa pun memeriksa beras-beras dalam karung Bulog itu.
“Hasilnya dalam campuran raskin yang bertumpuk menir tersebut ada butiran beras yang bentuknya mencolok,” ujar Maman.
Dari bentuknya, kata Maman, campuran raskin sebanyak 4,1 ton itu ujungnya tidak lancip tapi tumpul. Sementara yang asli teksturnya oval.
Untuk meyakinkan lagi, pihaknya membakar beras tersebut dan hasilnya mencengangkan. Beras itu berbau menyengat khas plastik dan mengembang seperti berondong jagung.
“Jika beras asli dibakar akan hangus dan tidak ada perubahan karena padat. Namun beras yang ukurannya seperti varietas muncul ini, saat dibakar langsung berkretek dengan sengat baunya yang khas plastik,” ungkapnya.[]