JAKARTA, WB – Kota Makasar dikenal sebagai kota yang paling keras mengkritik kebijakan presiden Jokowidalam menaikan kebijakan Bahan Bakar Minyak (BBM). Bahkan dalam aksi tersebut telah memakan korban yang bernama M.Arif yang belakangan dikenal sebagai warga sipil.
Ketua Aktivis Mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makasar, Muhammad Wildan menjelaskan banyak kejanggalan atas kematian Arif saat aksi penolakan BBM di Makasar.
“M.Arif itu tertembak gas air mata yang ditembakkan dari kendaraan barakuda. Tapi persepsi yang dilakukan oleh aparat kepolisian dibuat berbeda persepsinya,” ujar Wildan saat menjadi pembicara dalam diakusi publik kilas balik gerakan rakyat menolak kenaikan BBM, Selasa (9/12/2014)
Wildan mengatakan, banyak bukti yang cukup terkait insiden yang menimpa M.Arif, bahkan dirinya bersedia untuk mengumpulkan bukti-bukti sesungguhnya yang terjadi saat insiden.
“Aparat mengatakan kalau M. Arif seakan-akan yang melempar itu mahasiswa dan akhirnya terjatuh terinjak-injak. Kita punya video kuat, dia tertembak gas air mata,” papar Wildan.
Korban, lanjut Wildan meski bukan mahasiswa namun dia kerap menjadi garda terdepan ketika mahasiswa-mahasiwa di Makasar yang kecewa terhadap adanya kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap masyarakat kecil.
“M.Arif itu bekerja sebagai tukang parkir, dia berusia 17 tahun, dia warga yang tinggal disekitar kampus. Dia selalu berada digarda terdepan ketika kami melakukan unjuk rasa,” tandas Wildan. []