JAKARTA, WB – Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Thamrin Amal Tomagola menilai, berbagai bentuk dukungan kepada para capres merupakan sebuah retorika lama dan kuno yang kerap digunakan di jaman rezim orde baru.
“Pernyataan dukungan itu dibuat oleh para pemimpinnya saja, itu individu bukan mewakili profesi yang dibawanya,” ujar Thamrin saat dijumpai selepas diskusi politik `Capres Boneka` di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (8/5/2014).
Banyaknya bentuk dukungan yang diberikan kepada salah satu capres, lanjut Thamrin, adalah murni suara dari para pemimpin atau individu dari si pemimpin itu sendiri. Menurut dia, dukungan yang diberikan oleh si pemimpin, serikat maupun ketua dari berbagai lintas ormas dan asosiasi tersebut, belum tentu menjadi keputusan sikap dari para anak-anak yang digawanginya. Sebab pemilu presiden berbeda dengan pemilu legislatif.
“Dalam pilpres itu adalah one person to person. Itu hanya pimpinan semata. Yang dipilih itu orang dan individu, Itu hanya manufer politik dari tingkat elit, itu semua elite yang bermain. Dukungan seperti itu hanya gaya orde baru dan itu gaya lama,” ujarnya.
Namun diakui Thamrin, walau berbagai bentuk deklarasi dukungan itu dianggap tidak cukup mumpuni, namun disisi lain, dirinya menilai kalau pertarungan sesungguhnya antara dua kandidat kuat saat ini, Jokowi dan Prabowo, akan menghasilkan suara yang cukup kompetitif pada hasil akhirnya.
“Saya kira hasilnya akan beda tipis sekali. Sekitar 30 sampai 35 persen, tapi Jokowi masih akan tetap unggul,” pungkas Thamrin. []
Comments 5