JAKARTA, WB – Ternyata terlalu lama menjadi lajang atau jomblo memiliki begitu dampak buruk dibanding yang telah memiliki pasangan. Justru, ada yang mengatakan “penyakit” jomblo ini bisa meningkatkan resiko kematian muda pada orang-orang kesepian. Hal tersebut diungkapkan John Cacioppo seorang psikolog di University of Chicago.
Menurutnya sang “penderita” bisa memicu perubahan seluler pada tubuh sehingga dapat menurunkan kemampuan seseorang untuk melawan infeksi virus penyebab beragam penyakit berbahaya. Selain menyebabkan resiko kematian jomblo juga menimbulkan galau berkepanjangan.
Ilmuwan dari Portland Timbers Univesity mengatakan galau bukanlah penyakit yang mematikan. Galau adalah penyakit yang belum ditemukan obatnya.
Radang Ulu Hati. Dihina, dicaci maki, dan di-bully membuat para jomblo sakit hati. Berawal dari sakit hati itulah kemudian penyakit merembet ke radang ulu hati.
Pikun. Maksudnya disini mudah lupa. Mulai dari lupa makan, mandi, bahkan gosok gigi, karena tidak ada lagi sosok kekasih yang mengingatkan.
Kemudian pria dan wanita lajang cenderung memiliki depresi, kecemasan, gangguan mood, masalah penyesuaian diri, bunuh diri dan tekanan psikologis.
Dari penelitian Florida University tahun 2010 terhadap 1.621 mahasiswa menemukan bahwa secara keseluruhan orang-orang yang menjalani komitmen mengalami kesehatan mental lebih dikit dibanding single. []