JAKARTA, WB – Hasil rillis survey yang diungkap oleh Lembaga Lingkaran Survei Indonesia (LSI), yang menyimpulkan bahwa suara Golkar merosot menjadi 8,4 persen, dinilai oleh politisi muda partai Golkar, Poempida Hidayatulloh Djatiutomo, merupakan posisi terendah dalam sejarah perjalanan politik Golkar.
“Ini jelas menunjukkan kepercayaan publik terhadap Golkar kian menurun. Secara logika politik pun pada dasarnya masyarakat tidak akan bersimpati pada Partai yang konflik, apalagi terjadi dualisme,” papar Poempida lewat pesan singkatnya, Sabtu (20/12/2014).
Dari hasil dukungan tersebut, kata Poempida, pastinya akan membelah dukungan dan terbagi dua oleh dualisme yang ada. Padahal di tahun 2015 nanti akan terjadi Pemilukada serentak gelombang pertama.
“Pada bulan April mendatang semua calon-calon kepala daerah sudah harus terdaftar di KPU. Dualisme Golkar akan berimbas pada dualisme pencalonan kepala daerah. KPU bisa jadi kemudian membatalkan pencalonan tersebut sehingga Partai Golkar berpotensi tidak memiliki calon di Pemilukada,” katanya.
Lebih jauh menantu politisi senior Fahmi Idris ini menambahkan, imbas dualisme partai Golkar akan menyebabkan dualisme kepengurusan daerah, yang artinya akan membuat persoalan politik di daerah akan makin menajam, khususnya pada basis perhelatan di DPRD.
“Yang ada nanti aksi pecat memecat dan tuntut menuntut. Ini akan menjadi pemandangan yang tidak enak dilihat dan didengar, kecuali oleh orang-orang yang mendapatkan keuntungan dari proses kehancuran ini,” tandas Poempida. []